RHODE ISLAND (Arrahmah.id) – Lebih dari 4,5 juta orang telah tewas akibat perang sejak peristiwa 11 September 2001 di Amerika Serikat dan jumlah tersebut terus bertambah, demikian menurut sebuah studi baru dari Brown University di Rhode Island.
Angka-angka dari proyek Costs of War dirilis pada Senin (15/5/2023) dan angka-angka selama dua dekade terakhir sejak peristiwa 11 September sangat mengejutkan.
Laporan tersebut memperkirakan bahwa hampir 1 juta orang (906.000-937.000) terbunuh secara langsung oleh perang di Afghanistan, Irak, Pakistan, Suriah, Yaman, Libya dan Somalia.
Selain itu, lebih dari 3,5 juta orang (3.588.000-3.716.000) meninggal secara tidak langsung akibat faktor-faktor yang berhubungan dengan perang seperti ekonomi yang gagal, kemiskinan ekstrim, kekurangan gizi, dan penyebaran penyakit seperti kolera dan campak.
Jumlah korban yang dijumlahkan dari kematian akibat perang secara langsung dan tidak langsung secara kasar mencapai antara 4,5 juta hingga 4,6 juta orang, dan jumlahnya akan terus bertambah akibat konflik global, lansir Anadolu (16/5).
“Perang ini terus berlangsung bagi jutaan orang di seluruh dunia yang hidup dengan dan meninggal akibat dampaknya,” kata laporan tersebut, yang menekankan bahwa perempuan dan anak-anak “menderita dampak yang paling parah.”
Meskipun proyek ini tidak menyalahkan negara tertentu, AS secara khusus disebut-sebut atas perannya dalam banyak konflik luar negeri pasca 9/11, terutama korban jiwa selama lebih dari 20 tahun terakhir di Afghanistan.
“Meskipun pada 2021 Amerika Serikat menarik pasukan militernya dari Afghanistan, yang secara resmi mengakhiri perang yang dimulai dengan invasinya 20 tahun sebelumnya, saat ini warga Afghanistan menderita dan meninggal akibat perang dengan angka yang lebih tinggi dari sebelumnya,” lanjut laporan tersebut.
Proyek Costs of War mengatakan bahwa diperlukan lebih banyak penelitian untuk mengumpulkan data yang lebih memadai “untuk memandu intervensi penyelamatan nyawa.”
“Diperlukan lebih banyak penelitian tentang dampak penghancuran layanan publik akibat perang, terutama di luar sistem perawatan kesehatan, terhadap kesehatan penduduk,” tambah laporan itu. “Kerusakan pada sistem air dan sanitasi, jalan, dan infrastruktur komersial seperti pelabuhan, misalnya, memiliki konsekuensi yang signifikan namun kurang dipahami.”
Proyek ini juga meminta pemerintah di seluruh dunia, termasuk Amerika Serikat, untuk bertanggung jawab dalam memperbaiki kerusakan yang ditimbulkan oleh perang ini.
“Reparasi, meskipun tidak mudah atau murah, sangat penting,” demikian kesimpulan studi tersebut. (haninmazaya/arrahmah.id)