NAIROBI (Arrahmah.id) – Sekjen PBB pada Rabu (3/5/2023) mengatakan “kami gagal” untuk menghentikan perang agar tidak meletus di Sudan, di mana pertempuran terus-menerus antara para jenderal yang bersaing merusak upaya untuk memperkuat gencatan senjata.
“PBB terkejut” oleh konflik tersebut, karena badan dunia dan lainnya berharap bahwa negosiasi akan berhasil, Antonio Guterres mengatakan kepada wartawan di Nairobi, “kami dan banyak orang lain tidak mengharapkan ini terjadi, bisa dibilang kami gagal menghindari hal itu terjadi,” kata sekjen tersebut.
“Sebuah negara seperti Sudan, yang telah sangat menderita…tidak mampu menanggung perebutan kekuasaan antara dua orang.”
PBB juga menyerukan jaminan keamanan pada “tingkat tertinggi” untuk memastikan pengiriman bantuan yang sangat dibutuhkan di Sudan yang dilanda konflik, setelah enam truk yang membawa bantuan makanan ke wilayah Darfur dijarah.
Pejabat tinggi kemanusiaan PBB Martin Griffiths menekankan perlunya “memastikan bahwa kami memiliki komitmen publik, jelas diberikan oleh militer, untuk melindungi sistem kemanusiaan”.
“Kami perlu memiliki kesepakatan di tingkat tertinggi dan sangat terbuka,” katanya kepada wartawan melalui tautan video dari Sudan.
Faksi militer Sudan yang bertikai menyetujui gencatan senjata yang baru dan lebih lama selama tujuh hari mulai Kamis (4/5), kata negara tetangga dan mediator Sudan Selatan, bahkan ketika lebih banyak serangan udara dan penembakan di wilayah Khartoum melemahkan gencatan senjata terbaru mereka.
Kedua belah pihak menyetujui gencatan senjata selama sepekan dari Kamis 4 Mei hingga 11 Mei dan menunjuk utusan untuk pembicaraan damai. Gencatan senjata sebelumnya berakhir pada Rabu (3/5).
Pihak-pihak yang bertikai telah mengumumkan banyak gencatan senjata tetapi tidak ada yang efektif. Gencatan senjata sebelumnya diperpanjang pada Ahad (30/4) selama 72 jam lagi dan akan berakhir pada Rabu (3/5) pukul 22:00 GMT. (zarahamala/arrahmah.id)