WASHINGTON (Arrahmah.id) – Amerika Serikat menawarkan hadiah hingga $7 juta untuk informasi mengenai seorang pemimpin senior gerakan Syiah “Hizbullah” yang didukung Iran, 40 tahun setelah pengeboman kedutaan besar Amerika Serikat di Beirut.
Dalam sebuah seruan yang dibuat oleh Program Hadiah untuk Keadilan Departemen Luar Negeri AS, mengumumkan hadiah hingga $7 juta untuk informasi yang mengarah pada identifikasi, lokasi, penangkapan, dan kemungkinan penghukuman terhadap Ibrahim Aqil, seorang pemimpin yang bertugas di badan militer tertinggi “Hizbullah”, Dewan Jihad.
Pengumuman kemarin datang pada peringatan 40 tahun pengeboman kedutaan besar AS di ibu kota Libanon, Beirut, yang menewaskan 63 orang yang terdiri dari warga Libanon, Amerika Serikat, dan lainnya, lansir MEMO (19/4/2023).
Aqil -yang dilaporkan juga dikenal sebagai Tahsin- “adalah anggota utama IJO [Organisasi Jihad Islam] Hizbullah, yang mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut”, kata Departemen Luar Negeri AS.
Selain mengejar Aqil, Departemen Luar Negeri dan Departemen Keuangan AS kemarin juga mengumumkan sanksi baru yang menargetkan jaringan yang memfasilitasi pembayaran, pengiriman, dan pengiriman barang-barang berharga seperti uang tunai, karya seni, dan barang-barang mewah untuk kepentingan tersangka penyandang dana “Hizbullah”, Nazem Ahmad.
Menurut Departemen Luar Negeri AS, Ahmad didakwa menghindari sanksi AS yang dijatuhkan kepadanya dengan mengekspor berlian dan karya seni senilai ratusan juta dolar, dan mengumumkan bahwa mereka “mengiklankan kembali tawaran hadiah hingga $10 juta untuk informasi mengenai mekanisme keuangan ‘Hizbullah’, termasuk Ahmad”. (haninmazaya/arrahmah.id)