KHARTOUM (Arrahmah.id) – Tampaknya ada sedikit kelegaan dari pertempuran sengit selama empat hari di Sudan, dengan gencatan senjata yang dimaksudkan mulai berlaku Selasa malam (18/4/2023), akan tetapi hanya berselang beberapa saat kemudian dihancurkan oleh deru pesawat tempur, riak tembakan, dan tembakan tank yang dilaporkan di seluruh Khartoum, ibu kota Sudan, memupus harapan gencatan senjata 24 jam yang seharusnya akan berlaku.
Baik tentara reguler, yang dipimpin oleh Jenderal Abdel Fattah al-Burhan, dan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) paramiliter di bawah Mohamed Hamdan Dagalo, saling menuduh gagal menghormati gencatan senjata dalam pernyataan.
Seorang juru bicara PBB mengatakan badan internasional itu tidak melihat indikasi penghentian pertempuran.
“Sampai sekarang, pertempuran di Sudan, termasuk Khartoum dan berbagai lokasi lainnya, terus berlanjut. Tidak ada tanda-tanda akan berakhir,” kata juru bicara Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres.
Setidaknya 185 orang tewas dan lebih dari 1.800 terluka sejak kekerasan pecah antara Angkatan Bersenjata Sudan (SAF) dan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) paramiliter, menurut PBB. Yang lain berpendapat bahwa jumlah korban tewas bisa jauh lebih tinggi.
Khartoum, ibu kota Sudan yang secara umum tidak terpengaruh oleh konflik sebelumnya yang berkecamuk di daerah perbatasan seperti Darfur, mengalami kerusakan berat termasuk bangunan rumah sakit.
Tembakan terdengar di seluruh Khartoum hingga malam hari, menurut beberapa saksi, ketika penduduk yang ketakutan menghabiskan hari-hari terakhir bulan suci Ramadhan berlindung di tempat tempat masing-masing ketika tank-tank meluncur di jalan-jalan dan asap dari sisa pertempuran memenuhi di udara.
Masing-masing pihak menuduh pihak lain melanggar gencatan senjata. RSF mengatakan tentara Sudan telah menyerang warga sipil pada jam pertama gencatan senjata, melanggar “hak warga Sudan untuk hidup dan mendapatkan perawatan medis”.
Sementara, tentara Sudan mengatakan RSF tidak mematuhi gencatan senjata, menggunakannya untuk menyerang daerah dekat bandara dan markas militer.
Burhan dan Daglo – yang biasa disapa Hemeti – mengadakan aliansi untuk menggulingkan pemerintahan sipil transisi Sudan dalam kudeta Oktober 2021, tetapi berselisih karena rencana untuk mengintegrasikan RSF ke dalam tentara reguler Sudan.
Pertempuran antara RSF dan militer Sudan telah menyebar ke seluruh negeri, PBB melaporkan insiden kekerasan seksual dan serangan terhadap pekerja bantuan. Ada juga laporan penjarahan.
Tidak ada pihak yang tampaknya mundur. Menurut saksi, truk pikap yang membawa senjata antipesawat yang ditempatkan di daerah pemukiman di seberang Khartoum sedang disuplai dengan amunisi pada Selasa pagi (18/4). (zarahamala/arrahmah.id)