RAMALLAH (Arrahmah.id) — Presiden Palestina Mahmoud Abbas memperingatkan Israel bahwa tempat suci umat Muslim dan Kristen di Yerusalem adalah “garis merah” yang tak boleh dirusak pemerintah pendudukan.
Abbas memperingatkan Israel bahwa pihaknya tidak akan menoleransi serangan ke tempat-tempat suci di Yerusalem.
Hal tersebut disampaikan Abbas usai aparat Israel menyerang pendeta Kristen Koptik dan jemaat yang hendak memperingati Sabtu Suci di Gereja Makam Kudus, Kota Tua Yerusalem, Yerusalem Timur, wilayah Palestina yang berada di bawah pendudukan Israel (15/4/2023).
Sebelumnya, polisi Israel telah menyerang jamaah yang beribadah di Masjid Al Aqsa pada bulan Ramadan.
“Serangan yang kita saksikan hari ini ke rakyat kita yang memperingati Sabtu Suci di Gereja Makam Kudus di Yerusalem, juga serangan sebelumnya ke jamaah Masjid Al-Aqsa dan penistaan di halamannya, kami kutuk dan tolak,” kata Abbas, Sabtu, dikutip kantor berita Wafa (16/4).
Abbas menambahkan, serangan ke jamaah Muslim dan Kristen menunjukkan “ketidakjujuran” pemerintahan pendudukan Israel. Tel Aviv mengeklaim mengizinkan kebebasan beribadah di tempat-tempat suci Yerusalem.
Lebih lanjut, Abbas menegaskan posisi Otoritas Palestina dalam mematuhi legitimasi internasional sebagai basis menyelesaikan isu Palestina.
Isu Palestina hendak dibereskan dengan mengakhiri pendudukan Israel di Palestina serta Yerusalem Timur yang dikehendaki sebagai ibu kota.
Dilansir Arab News, aparat Israel melarang ratusan pemeluk Kristen Ortodoks merayakan Sabtu Suci di Gereja Makam Kudus. Menurut video-video yang beredar, sejumlah pendeta Koptik Ortodoks juga menjadi target aparat Israel di depan Gereja Makam Kudus.
Aparat Israel dilaporkan memblokir perayaan dengan memasang barikade di pintu-pintu gerbang menuju Kota Tua Yerusalem, dan hanya mengizinkan sejumlah kecil umat Kristiani dan mereka yang memegang izin, untuk masuk.
Perayaan yang sudah digelar selama berabad-abad itu biasanya menarik ribuan orang untuk datang ke Gereja Makam Kudus.
Pada tahun-tahun sebelumnya, sekitar 10.000 orang memenuhi gereja tersebut. Namun tahun ini, hanya 1.800 orang yang akan diizinkan masuk. Sedangkan 1.200 orang lainnya hanya diperbolehkan di luar gereja.
Aparat Israel mengatakan mereka hanya ingin memastikan keselamatan bagi para peserta upacara Api Suci.
“Keselamatan semua yang ikut serta penting bagi kepolisian Israel. Petugas berupaya membantu aliran partisipan yang tiba dalam rombongan besar,” bunyi pernyataan aparat Israel.
Presiden Koalisi Kristen Nasional di Tanah Suci Dimitri Diliani mengecam langkah Israel yang menurutnya “melanggar secara terang-terangan hak asasi manusia yang paling dasar.”
Dia mengatakan dunia harus merasa prihatin dengan “sifat rasis otoritas pendudukan Israel yang bermanifestasi akhir-akhir ini lewat persekusi keagamaan terhadap siapa pun yang bukan Yahudi.”
“Koalisi Kristen Nasional menyerukan hak-hak semua orang, termasuk Muslim dan Kristen, di Palestina dilindungi,” ujarnya, dikutip dari Arab News. (hanoum/arrahmah.id)