ISLAMABAD (Arrahmah.id) – Bisakah hidangan buka puasa di Pakistan lengkap tanpa pakora?
Renyah dan dibumbui dengan baik, pakora adalah gorengan yang dapat dibuat dari hampir semua sayuran yang digoreng dengan adonan buncis pedas dan dinikmati dengan chutney asam manis, yogurt mint, atau saus celup.
Camilan ini memiliki akar sejarah yang dalam di anak benua India, tetapi menjadi sangat populer selama bulan suci Ramadhan ketika penjual tradisional memperluas bisnis mereka dan penjual musiman baru membuka kios darurat untuk memenuhi permintaan yang meningkat.
Ada banyak alasan popularitas makanan gorengan di bulan Ramadhan, tidak terkecuali karena memberikan dorongan energi yang cepat yang diperlukan oleh orang-orang yang tidak makan dan minum pada siang hari untuk berbuka puasa saat senja. Jajanan goreng juga menjadi pilihan buka puasa yang umum karena harganya yang murah.
Taimur Adil, seorang pelanggan yang mengantre untuk membeli pakora di kawasan komersial Blue Area di Islamabad, menjelaskan popularitas pakora selama Ramadhan.
“Yang pertama adalah karena ini camilan yang sangat kaya kalori dan Anda menjadi sangat lapar selama puasa, jadi, mau tidak mau saat berbuka puasa Anda ingin makan sesuatu seperti pakora, Anda tidak bisa menahannya, itu persis seperti yang tubuh Anda mendambakan,” kata Adil kepada Arab News.
“Alasan kedua adalah budaya … kami telah memakan ini selama beberapa generasi sehingga kami percaya bahwa buka puasa tidak lengkap tanpa itu.”
Kemudahan membuat pakora dan sedikitnya bahan yang dibutuhkan juga menjadi daya tarik snack ini bagi mereka yang lebih suka membuatnya sendiri di rumah.
“Ini resep mudah yang bisa disiapkan di rumah hanya dengan dua atau tiga bahan,” kata Ny. Tariq Hassan, yang sedang berbelanja bahan makanan berbuka puasa di Pasar Rana kelas atas Islamabad.
“Inilah sebabnya, mau termasuk kelas sosial apa pun, pakora sangat mudah dibuat di setiap rumah tangga.”
Memang, yang diperlukan untuk membuat pakora adalah terlebih dahulu memotong tipis beberapa sayuran, biasanya kentang, bawang bombay, terong, bayam, dan kembang kol. Adonan disiapkan dengan tepung buncis, garam dan rempah-rempah dan dibasahi dengan air. Sayuran kemudian dicelupkan ke dalam adonan dan digoreng sampai berwarna cokelat keemasan.
Selama Ramadhan, permintaan akan makanan ringan yang mudah dibuat ini meroket.
Asghar Ali, penjual di Siddique Sweets and Bakers, mengatakan makanan seperti pakora, samosa, dan jajanan goreng gurih lainnya laris manis di bulan suci.
“Kami melakukan bisnis ini sejak 1942 dan permintaan samosa dan pakora kami meningkat selama Ramadhan,” katanya, menambahkan bahwa penjualan meningkat tiga kali lipat, dan dia harus mempekerjakan karyawan tambahan untuk memenuhi permintaan.
“Staf reguler kami yang terdiri dari 25 orang meningkat menjadi 80 orang selama Ramadhan karena sekitar 120 kilogram pakora dan 3.000 hingga 4.000 samosa dijual setiap hari,” kata Ali.
Penjual lain di Fresco Sweets, Osman Farooqi, mengatakan dia hanya memperkenalkan pakora ke dalam menunya di bulan Ramadan.
“Pada hari-hari biasa, kami tidak membuat gorengan, hanya selama Ramadhan kami menyiapkannya, karena permintaan barang-barang ini meningkat hampir 75 persen,” kata Farooqi kepada Arab News, mengatakan karyawannya harus mulai menyiapkan adonan dan sayuran di pagi hari sehingga pakora dalam jumlah besar bisa siap saat sore.
“Saya membuat pakora hanya di bulan Ramadhan karena permintaannya tinggi,” kata Amjad Ali, penjual lainnya. “Kami menjual sekitar 300 kilogram setiap hari di empat cabang kami di Islamabad.”
Dan banyak juga orang yang hanya makan pakora di bulan Ramadhan.
Zulfiqar Hussain, berbelanja pakora di pasar Islamabad, mengatakan anak-anaknya hanya ingin berbuka puasa dengan gorengan sayur.
“Pada hari-hari biasa, kami menggunakan sangat sedikit pakora,” katanya, “tetapi pada bulan Ramadhan permintaan mereka meningkat (karena) kami membutuhkan makanan asin untuk berbuka puasa.” (zarahamala/arrahmah.id)