ABU DHABI (Arrahmah.id) – Komite rukyat Uni Emirat Arab (UEA) akan berkumpul pada Selasa malam (21/3/2023) untuk menentukan awal bulan suci Ramadhan.
Panitia akan mengamati penampakan bulan sabit baru, dan jika terlihat, puasa akan dimulai saat fajar pada Rabu (22/3).
Jika para perukyat tidak dapat melihat hilal karena terhalang awan, mereka akan bersidang pada malam berikutnya, dan puasa baru akan dimulai pada Kamis (23/3).
Pertemuan tersebut akan berlangsung setelah salat Maghrib di Departemen Kehakiman Abu Dhabi dan akan dihadiri oleh beberapa pejabat tinggi yang dipimpin oleh Abdullah al-Nuaimi, Menteri Kehakiman, lansir Al Arabiya.
Menurut kantor berita milik pemerintah, Wam, pengadilan Syariah di seluruh negeri akan memantau dan melaporkan setiap penampakan kepada Komite Rukyatul Hilal, sementara Komite Kalender Lunar akan mempresentasikan hasil temuannya.
Ramadhan dirayakan oleh lebih dari 1,8 miliar Muslim di seluruh dunia dan dianggap sebagai bulan puasa dan spiritualitas. Bulan ini diyakini sebagai bulan di mana Al-Quran diwahyukan kepada Nabi Muhammad shallahu alaihi wasallam.
Selama bulan suci ini, jutaan umat Muslim di seluruh dunia berpuasa dari fajar hingga matahari terbenam sebagai bentuk ketaatan.
Berpuasa selama bulan Ramadhan adalah salah satu dari Lima Rukun Islam dan wajib dilakukan oleh semua Muslim yang sehat. Namun, anak kecil, orang sakit, musafir, dan wanita yang sedang hamil, menyusui, atau menstruasi dikecualikan.
Umat Muslim biasanya berbuka puasa saat matahari terbenam dan mengikuti salat Tarawih.
Penampakan bulan menandai awal dan akhir Ramadan, bulan kesembilan dalam kalender Islam.
Tradisi mengamati penampakan bulan sabit untuk menentukan awal Ramadhan telah dilakukan selama ribuan tahun.
Awal pekan ini, Mahkamah Agung di Arab Saudi menyerukan kepada masyarakat untuk melihat bulan sabit mulai Selasa, 21 Maret.
Komite rukyat Arab Saudi biasanya mengamati bulan menjelang awal Ramadhan, tetapi mereka juga mendorong umat Islam lainnya untuk mengamati bulan. (haninmazaya/arrahmah.id)