SHARM EL-SHEIKH (Arrahmah.id) – Delegasi Palestina bertemu dengan pejabat “Israel” pada Ahad (19/3/2023) di Sharm el-Sheikh Mesir dengan partisipasi perwakilan dari AS, Mesir dan Yordania.
Pertemuan Ahad ini datang sebagai tindak lanjut dari KTT yang ditengahi AS bulan lalu di Aqaba, Yordania, dan berupaya membahas langkah-langkah untuk mencegah eskalasi kekerasan lebih lanjut di Tepi Barat yang diduduki sebelum datangnya bulan suci Ramadhan beberapa hari mendatang.
Pertemuan bilateral antara negara-negara peserta diadakan di sela-sela pembicaraan, lansir Al Araby Al-Jadeed berdasarkan dorongan AS yang bertujuan untuk “menyelamatkan apa yang bisa diselamatkan, dan memperkuat koordinasi keamanan”.
Langkah ini dilakukan meskipun “Israel” gagal mematuhi hasil KTT Aqaba, di mana Tel Aviv berjanji untuk mengurangi dan menghentikan kekerasan di Tepi Barat yang diduduki.
Kekerasan sering meningkat selama Ramadhan- khususnya di Yerusalem – karena pemukim “Israel” secara teratur menyerbu kompleks Masjid Al-Aqsa, sementara pasukan “Israel” meningkatkan agresi mereka terhadap jamaah Muslim di tempat suci tersebut.
Otoritas Palestina (PA) mengatakan pada Sabtu (18/3) bahwa pihaknya akan mengajukan tuntutan untuk mengakhiri pendudukan dan kekerasan “Israel” di Tepi Barat.
“Delegasi Palestina akan membela hak-hak rakyat Palestina atas kebebasan dan kemerdekaan, dan meminta diakhirinya agresi “Israel” yang terus menerus terhadap kami dan untuk menghentikan semua tindakan dan kebijakan yang melanggar darah, tanah, properti, dan kesucian kami”, kata Hussin al-Sheikh, Sekretaris Jenderal Komite Eksekutif Organisasi Pembebasan Palestina (PLO).
PA setuju untuk menghadiri KTT di Mesir di tengah tekanan dari AS, menyusul pertemuan antara al-Sheikh dan Utusan Khusus AS untuk Urusan Palestina Hady Amr di Ramallah awal tahun ini, menurut situs web PLO.
Pertemuan Ahad dilakukan setelah empat warga Palestina termasuk seorang remaja ditembak mati oleh pasukan “Israel” pada Kamis (16/3).
Sejak awal tahun, pasukan “Israel” telah melakukan serangan kekerasan hampir setiap hari di Tepi Barat, terutama di Nablus dan Jenin, menewaskan sedikitnya 80 warga Palestina – termasuk 16 anak-anak – yang digambarkan sebagai bulan-bulan paling berdarah dalam memori rakyat Palestina baru-baru ini. (zarahamala/arrahmah.id)