TEHERAN (Arrahmah.id) – Iran telah setuju untuk berhenti mempersenjatai pemberontak Houtsi di Yaman sebagai bagian dari rekonsiliasi dengan Arab Saudi yang ditengahi Cina baru-baru ini, kata pejabat AS dan Saudi, menurut laporan Wall Street Journal pada Kamis (16/3/2023).
Perebutan ibu kota Sanaa 2014 oleh pemberontak Houtsi yang terkait dengan Iran menyebabkan intervensi pada 2015 oleh negara tetangga Arab Saudi, yang memimpin koalisi militer yang mendukung pasukan pemerintah Yaman.
Perang sejak itu telah merenggut ratusan ribu nyawa – korban langsung dan tidak langsung – dan membuat jutaan orang mengungsi. Gencatan senjata berlaku sejak April 2022 dan diperbarui dua kali dan berakhir pada Okober tanpa pemerintah Yaman dan Houtsi mencapai kesepakatan untuk memperbaruinya.
Tetapi situasi di lapangan relatif tenang selama hampir satu tahun.
Penghentian pengiriman senjata Iran ke Houtsi dapat menekan kelompok itu untuk mencapai kesepakatan untuk mengakhiri konflik, kata pejabat AS dan Saudi menurut WSJ.
Arab Saudi telah diserang roket Houtsi selama bertahun-tahun. Ibu kota Uni Emirat Arab, Abu Dhabi, juga menjadi sasaran serangan drone dan rudal pada Januari tahun lalu.
Iran telah lama membantah bahwa mereka memberikan senjata kepada kelompok pemberontak itu.
Pemulihan hubungan yang mengejutkan antara Arab Saudi dan Iran seharusnya menawarkan momentum menuju perdamaian oleh pihak-pihak yang bertikai di Yaman setelah delapan tahun konflik, kata pejabat PBB, Rabu (15/3).
Dewan Keamanan PBB pada Rabu (15/3) membahas dampak terhadap Yaman dari pengumuman mengejutkan yang dipimpin Cina pada 10 Maret bahwa hubungan diplomatik antara saingan Sunni Saudi dan Syiah Iran akan dipulihkan dalam waktu dua bulan.
Hans Grundberg, Utusan Khusus Sekretaris Jenderal PBB untuk Yaman, mendesak pihak-pihak yang berkonflik untuk memanfaatkan kesempatan terobosan diplomatik di Teluk ini.
“Upaya diplomatik yang intens sedang berlangsung di berbagai tingkat untuk mengakhiri konflik di Yaman,” kata Grundberg kepada Dewan Keamanan melalui tautan video.
Diplomat Swedia berada di Teheran pekan ini, sementara rekannya dari AS Timothy Lenderking mengunjungi Riyadh dan Oman pada Selasa (14/3), menurut Departemen Luar Negeri.
Grundberg menyambut momentum diplomatik regional dan internasional baru itu untuk menemukan penyelesaian damai di Yaman.
Menghadapi pers di PBB di New York, Stephane Dujarric, juru bicara Sekretaris Jenderal Antonio Guterres, juga menyambut baik pemulihan hubungan antara Riyadh dan Teheran.
“Kami berharap hal ini dapat menciptakan iklim yang kondusif untuk mengabadikan jalur politik menuju perdamaian di Yaman.”
Namun, detente Iran-Saudi ini tidak akan membawa solusi ajaib ke Yaman, di mana pengaruh dua kekuatan regional terhadap Yaman hanyalah satu dimensi dari konflik tersebut, para analis memperingatkan.
Negara ini menghadapi banyak tantangan: krisis kemanusiaan, ancaman jihadis, dan aspirasi separatis di Yaman selatan yang dulunya merdeka. (zarahamala/arrahmah.id)