LAHORE (Arrahmah.id) – Ketegangan meningkat di kota Lahore, Pakistan timur, setelah polisi tiba di luar rumah mantan Perdana Menteri Imran Khan untuk menangkapnya karena tidak hadir di pengadilan pada Senin (13/3/2023) atas tuduhan korupsi.
Polisi pada Selasa (14/3) menembakkan gas air mata dan meriam air ketika ratusan pendukung partai Pakistan Tehreek-e-Insaf (PTI) yang dipimpin Khan berkumpul di luar kediamannya. Polisi mengatakan mereka akan menangkapnya pada akhir Selasa.
Berbicara kepada Al Jazeera dari rumahnya, Khan mengatakan bahwa upaya penangkapan tersebut “benar-benar ilegal” dan bermotif politik.
“[Pemerintah] ingin menyingkirkan saya dari kontes pemilu karena mereka takut dengan popularitas partai saya,” katanya.
Situasi tegang terjadi di luar kompleks kediamannya di Lahore pada Selasa ketika polisi mencoba memaksa masuk. Para petugas menembakkan peluru gas air mata untuk membubarkan para pendukung Khan, yang melemparkan batu dan batu bata.
Imran Khan (70), mengklaim bahwa “tidak ada alasan” bagi polisi untuk menangkapnya pada Selasa karena ia telah mengambil jaminan perlindungan hingga Sabtu. Ia juga mengatakan bahwa pemerintah bertekad untuk menjebloskannya ke penjara setelah upaya-upaya sebelumnya gagal.
“Saya sudah siap secara mental bahwa saya akan menghabiskan malam saya di dalam sel. Saya tidak tahu berapa malam, tapi saya sudah siap untuk itu,” tambahnya.
Sementara itu, Menteri Pakistan Marriyum Aurangzeb mengatakan bahwa langkah tersebut tidak ada hubungannya dengan pemilihan umum dan polisi hanya mematuhi perintah pengadilan untuk menangkapnya atas kasus korupsi.
Ia mengklaim bahwa Khan menggunakan para pekerja partainya, wanita dan anak-anak sebagai perisai manusia untuk menghindari penangkapan dan memicu keresahan. (haninmazaya/arrahmah.id)