RIYADH (Arrahmah.id) – Seorang ulama Saudi yang baru-baru ini merilis video yang mengkritik reformasi dalam industri hiburan kerajaan dilaporkan hilang oleh beberapa aktivis.
Emad Al-Moubayed, seorang ulama terkenal di kerajaan yang sebelumnya menjabat sebagai imam di Masjid Raja Abdulaziz di Dammam, diduga ditahan karena videonya baru-baru ini, yang ditonton lebih dari 1,6 juta kali.
Tagar #WhereIsEmadMoubayed menjadi tren pada Senin (6/3/2023) setelah otoritas Saudi mengatakan mereka menahan seorang pria karena diduga melanggar undang-undang kejahatan dunia maya, tanpa menyebutkan namanya.
Polisi di provinsi Al-Khobar timur mengatakan seorang pria Saudi ditangkap karena “melanggar undang-undang anti-kejahatan dunia maya dengan memfilmkan dan menerbitkan konten visual yang menyertakan informasi palsu, yang akan mengganggu ketertiban umum”.
The New Arab tidak dapat memverifikasi apakah pria yang ditahan itu adalah Al-Moubayed dan telah meminta klarifikasi kedutaan Saudi di London.
Pada 1 Maret, Al-Moubayed merilis sebuah video di akun Twitter-nya yang berisi nasehat untuk mereka yang berkuasa agar takut kepada Allah dan mengatakan bahwa perubahan baru-baru ini di kerajaan tersebut telah menghapus keyakinan Islam, dan mengganti identitas Islam dengan identitas lain.
Dalam video tersebut, dia berbicara kepada Raja Salman dan Putra Mahkota Mohammed bin Salman, serta kepala Otoritas Hiburan, Turki Al-Sheikh, yang telah mempelopori perubahan sosial di kerajaan tersebut, termasuk konser musik yang pernah dilarang.
“Bertakwalah kepada Allah dalam urusan negara ini, dan perbaiki apa yang terjadi di dalamnya yakni pemusnahan agama Islam, dan penggantiannya dengan identitas lain,” kata Al-Moubayed dalam video tersebut.
“Negara ini didirikan atas dasar keimanan dan pendirian serta penerapan agama Allah Yang Maha Esa, dan yang terjadi saat ini bertentangan dengan dasar pendirian negara ini.”
Komentarnya tampaknya mengacu pada langkah-langkah negara Teluk baru-baru ini yang melonggarkan pembatasan hiburan selama puluhan tahun, sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan citranya, mendiversifikasi ekonominya dan menarik wisatawan.
Namun liberalisasi sosial tidak disertai dengan reformasi politik, dan ribuan lawan pemerintah dan aktivis hak asasi manusia masih mendekam di penjara Saudi, di mana banyak yang menderita penyiksaan dan pelecehan.
Al-Moubayed merilis video kedua keesokan harinya di mana dia tampaknya membaca dari selembar kertas untuk “mengklarifikasi apa yang mungkin disalahpahami beberapa orang dari video pertama saya”.
“Saya ingin mengklarifikasi dan menegaskan bahwa negara kita, kepemimpinannya, dan rakyatnya menikmati kemakmuran, keamanan dan keselamatan, dan pembangunan yang luar biasa. Semoga Tuhan mengabadikan kebaikan untuk negara kita dan melindunginya dari segala bahaya,” katanya.
Arab Saudi memiliki undang-undang dunia maya yang ketat yang mengkriminalkan produksi dan pembagian materi yang dapat “membahayakan ketertiban umum”.
Mereka yang dihukum karena melanggar undang-undang ini dapat menghadapi hukuman penjara hingga lima tahun.
Kerajaan ultra-konservatif itu telah menjadi tuan rumah bagi konser para musisi internasional, sesuatu yang tak terbayangkan di negara konservatif itu sebelum 2018.
Ini termasuk penyanyi pop Libanon Haifa Wehbe, rapper Post Malone, beberapa grup K-Pop dan penyanyi soul Alicia Keys.
Sekarang memungkinkan wanita untuk mengendarai mobil dan kereta api, dan ada laporan yang mengatakan tentang bolehnya alkohol di tempat-tempat yang ditentukan, meskipun pejabat Saudi terus menyangkal hal ini.
Aturan baru tersebut telah membuat marah beberapa Ulama di negara tersebut yang berpendapat bahwa reformasi ini bertentangan dengan hukum Islam. (zarahamala/arrahmah.id)