HAWARA (Arrahmah.id) – Tentara “Israel” Jumat (3/3/2023) melarang ratusan pengunjuk rasa “Israel” memasuki desa Palestina yang diduduki, Hawara untuk menunjukkan solidaritas, setelah serangan mematikan pekan lalu oleh para pemukim.
Aksi Jumat kemarin ini dipimpin oleh kelompok sayap kiri “Israel” yang menyerukan diakhirinya kekerasan “Israel” terhadap warga Palestina di Tepi Barat yang diduduki, yang sejauh ini telah merenggut nyawa sedikitnya 65 warga Palestina sejak awal tahun ini.
Pasukan “Israel” menggunakan granat kejut dan gas air mata, dan dengan kasar mendorong para pengunjuk rasa mundur dari demonstrasi mereka. Beberapa ditahan, kata laporan.
Serangan para pemukim di Hawara membuat ratusan mobil dibakar dan rumah-rumah warga Palestina menjadi sasaran. Sedikitnya 390 warga Palestina terluka dalam serangan itu, sementara satu tewas di desa terdekat.
“Israel” memiliki aktivis minoritas yang mendukung diakhirinya pendudukan Tepi Barat dan Yerusalem Timur dan mendesak perdamaian dengan Palestina.
Namun, beberapa survei baru-baru ini menunjukkan bahwa orang “Israel” pada umumnya mendukung melanjutkan beberapa bentuk pendudukan dan pelestarian permukiman ilegal di Tepi Barat.
“Israel” juga memilih pemerintahan paling kanan dalam sejarah pada akhir 2022, yang mencakup menteri sayap kanan dan pemimpin para pemukim.
Selama holocaust Ahad malam (26/2), pasukan “Israel” menyaksikan para pemukim mengamuk melalui Hawara setelah dua pemukim tewas saat mereka melewati desa beberapa jam sebelumnya.
Dua pemukim yang dicurigai mengambil bagian dalam serangan ditangkap lagi pada Kamis (2/3), setelah dibebaskan sebentar.
Para tersangka, seorang pria berusia 29 tahun dan seorang anak di bawah umur, ditangkap beberapa menit setelah pengadilan distrik memerintahkan mereka dibebaskan bersama dengan enam tersangka lainnya, menurut surat kabar “Israel” Haaretz.
Perintah untuk menangkap kembali mereka dikeluarkan oleh Menteri Pertahanan Yoav Gallant.
Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir mengecam keputusan Gallant yang disebutnya sebagai “anti-demokrasi”.
Ben-Gvir, seperti banyak orang di pemerintahan sayap kanan Benjamin Netanyahu gemar menghasut kebencian dan kekerasan terhadap warga Palestina.
Menteri Keuangan “Israel” Bezalel Smotrich pekan ini menyerukan agar Hawara “dihapus dari muka bumi”.
Secara terpisah pada Kamis malam (2/3), sekelompok pemukim melempari mobil-mobil Palestina dengan batu dan bentrok dengan pasukan “Israel” ketika mereka mencoba untuk melawan menuju pos terdepan Evyatar yang ilegal, menurut media “Israel”.
Para pemukim, yang tiba dari pemukiman Yitzhar dekat Hawara, dilaporkan turun dari bus yang mereka tumpangi dan mulai melemparkan batu ke mobil-mobil Palestina yang lewat.
Perkelahian terjadi antara mereka dan tentara “Israel” yang dengan paksa membubarkan massa, tetapi tidak melakukan penangkapan, tambah media “Israel”.
Pos terdepan Evyatar, yang telah kosong sejak 2021, dibersihkan pada Senin pagi (27/2) setelah ratusan pemukim menduduki daerah tersebut sehari sebelumnya, menyusul kekerasan di Hawara. (zarahamala/arrahmah.id)