EROPA (Arrahmah.id) – Umat Islam di seluruh Eropa didorong untuk memeriksa label buah dan menghindari membeli kurma “Israel” pada Ramadhan tahun ini untuk memastikan mereka tidak berbuka puasa dengan “rasa apartheid”, kata penyelenggara boikot baru pada Sabtu (25/2/2023).
“Dengan memilih untuk tidak membeli kurma ‘Israel’ pada Ramadhan ini, komunitas Muslim dapat mengirimkan pesan yang jelas dan kuat untuk mengutuk pendudukan ilegal ‘Israel’ dan apartheid di Palestina,” kata Shamiul Joarder dari Friends of Al-Aqsa (FOA) yang berbasis di Inggris, yang telah meluncurkan kampanye tersebut, lansir Arab News.
“‘Israel’ adalah produsen kurma Medjoul terbesar di dunia, dengan 50 persen kurma ‘Israel’ diekspor ke Eropa, kata FOA dalam sebuah pernyataan. “Kurma-kurma ini kemudian dijual di supermarket-supermarket besar dan juga toko-toko lokal di seluruh benua.
FOA menambahkan bahwa 50 persen kurma “Israel” diekspor ke Eropa, di mana Inggris, Belanda, Prancis, Spanyol, dan Italia mengimpor buah kering dalam jumlah besar. Pada 2020, Inggris mengimpor lebih dari 3.000 ton kurma dari “Israel”, senilai sekitar 7,5 juta poundsterling (sekitar $8,9 juta).
Laporan tersebut juga mencatat bahwa sepanjang tahun ini, “Israel” telah membunuh setidaknya 62 warga Palestina termasuk 13, setara dengan satu anak setiap lima hari.
“Otoritas ‘Israel’ meningkatkan penghancuran rumah pada tingkat yang mengkhawatirkan dan telah berjanji untuk memperluas permukiman ilegal pada tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya,” tambahnya.
FOA menekankan bahwa organisasi-organisasi hak asasi manusia internasional terkemuka, termasuk Amnesti Internasional dan Human Rights Watch, “telah mengatakan bahwa ‘Israel’ melakukan kejahatan apartheid, namun negara-negara Eropa gagal untuk menjatuhkan sanksi terhadap ‘Israel’ dan menegakkan hukum internasional.”
“Inilah saatnya untuk memperbarui komitmen kita terhadap BDS (Boikot, Divestasi, Sanksi) pada bulan Ramadan ini. Kita harus ingat bahwa sebagai sebuah komunitas, kita memiliki kekuatan – kita dapat membuat suara kita didengar melalui tindakan sederhana, yaitu mengembalikan kurma Israel ke rak,” ujar Joarder.
Dia menambahkan: “Yang perlu kita lakukan adalah #CheckTheLabel dan tidak membeli kurma dari negara apartheid ‘Israel’.” (haninmazaya/arrahmah.id)