ANTAKYA (Arrahmah.id) — Beberapa jam setelah dua gempa besar dan ratusan gempa susulan melanda Turki dan Suriah pada 6 Februari 2023, tim K9 dari seluruh dunia datang untuk membantu GEA, tim relawan penyelamat Turki.
K9, homofon anjing, adalah anjing yang dilatih khusus untuk membantu pasukan keamanan dan tim darurat, baik dalam penyelamatan, perburuan narkoba, atau operasi lainnya.
Anjing-anjing ini berasal dari, antara lain, El Salvador, Jerman, Meksiko, Qatar, Korea Selatan (Korsel), Swiss, Ukraina, dan Amerika Serikat (AS).
Anjing penyelamat ini menjadi ikon pencarian tim penyelamat yang putus asa karena mereka mampu menemukan korban di tumpukan bangunan runtuh setinggi 14 lantai.
REDOG, tim sukarelawan K9 dari Swiss, berada di kota Iskenderun, Turki, bekerja dengan tim GEA setempat, kelompok pencari dan penyelamat (SAR) yang semuanya sukarelawan.
Sejak tiba pada 6 Februari menjelang tengah malam, tim yang terdiri dari 10 orang dan enam anjing terlatih bersama GEA sejauh ini telah menemukan 39 orang masih hidup di bawah reruntuhan.
Anjing-anjing dilatih untuk mengendus aroma manusia, berdiri di tempat dan menggonggong dengan keras untuk mengingatkan pawangnya ke tempat mereka menemukannya.
Anjing kedua kemudian dilepaskan untuk melihat apakah dapat mengkonfirmasi temuan tersebut.
Jika kedua anjing itu mengkonfirmasi, ini memungkinkan penyelamat manusia memusatkan upaya penggalian mereka di tempat tertentu sampai mereka menemukan orang tersebut.
“Saya pikir itu adalah salah satu momen paling emosional dalam hidup saya … momen ketika salah satu anjing kami memberi isyarat kepada kami bahwa dia menemukan beberapa orang di reruntuhan,” ujar wakil kepala REDOG untuk pencarian puing Matthias Gerber mengatakan kepada Al Jazeera (14/2/2023).
Anjing-anjing itu bekerja sepanjang hari dalam tim yang terdiri dari tiga orang di lokasi reruntuhan, bergiliran bekerja dalam shift 20 menit, diikuti dengan istirahat 40 menit.
Dalam satu kasus setelah anjing mereka memberi isyarat lokasi di mana orang tertimbun, penyelamat manusia mulai menggali di tempat itu dan segera mendengar ketukan dari balik puing-puing dari korban yang terperangkap di dalam, membenarkan apa yang telah ditunjukkan oleh anjing-anjing itu.
“Delapan jam kerja keras, mereka menyelamatkan empat orang hidup-hidup dari posisi ini,” papar Gian Forster, pemimpin tim REDOG yang bekerja dengan tiga anjing, mengatakan kepada Al Jazeera.
Setiap kali seekor anjing REDOG menemukan seseorang, dia dipuji dan diberi hadiah berupa mainan atau makanan.
“Dia sangat suka menemukan orang karena dia mendapat hadiah setiap saat,” ujar Forster.
“Yang utama adalah anjing itu bersenang-senang dan suka mencari orang.”
Jika orang yang selamat tidak terkubur terlalu dalam, anjing dapat mencium baunya dengan cepat. Tetapi beberapa bangunan di Iskenderun memiliki enam lantai yang telah runtuh dengan lapisan beton setinggi 2-3 meter di antara setiap tingkat, sehingga sulit untuk menemukan orang yang terkubur lebih dalam.
“Jika baunya membutuhkan waktu untuk muncul, kita harus pergi (ke tempat puing-puing) dan membuang beberapa (lantai) puing dan mencoba lagi. Cukup sulit prosesnya jika orang tersebut dikubur sedalam itu,” ungkap Gerber.
Menggambarkan penyelamatan baru-baru ini, Forster berkata, “Kami tiba di ladang puing-puing dan kami mulai mencari di atas atap gedung, dan kami tidak mencium bau apa pun di sana. Dan kemudian Gian berpikir tentang bagaimana angin datang dari barat, jadi kami mencari di sisi timur puing-puing dan di sana, anjing (mendeteksi) bau dari orang tersebut.”
Anjing-anjing yang bekerja dengan REDOG di Turki, di antaranya labrador, shepherds Jerman, shepherds Belgia, border collie, dan golden retriever yang memiliki pengalaman hingga tujuh tahun bekerja dalam misi penyelamatan dan telah membantu menemukan orang yang selamat setelah bencana di Jepang, Nepal, dan Albania.
Namun, menurut Gerber, dalam 30 tahun terakhir pekerjaan anjing penyelamatnya, misi saat ini di Turki adalah yang paling menantang dan tragis yang pernah dia alami, mengacu pada skala kehancuran.
“Untuk anjing kami, sangat sulit jika ada begitu banyak puing di atas korban untuk menemukannya. Ini kendala besar bagi kami. Ada baiknya jika kita dapat kembali ke situs puing yang sama setelah mereka memindahkan beberapa lantai puing dan mencari lagi, karena kita akan memiliki kesempatan untuk menemukan orang yang masih hidup meskipun mereka terkubur sangat dalam,” papar Gerber.
Menteri Lingkungan, Urbanisasi dan Perubahan Iklim Turki Murat Kurum mengatakan lebih dari 41.700 bangunan di 10 provinsi yang terkena dampak di tenggara negara itu telah runtuh, sangat perlu dirobohkan atau rusak parah, menurut kantor berita negara Anadolu Agency.
Sekitar 1.791 bangunan di 10 provinsi yang terkena dampak telah diidentifikasi rusak parah atau membutuhkan pembongkaran segera.
“Mengerikan apa yang terjadi di sini. Semua bangunan yang runtuh ini, semua orang yang kehilangan kerabat mereka, rumah mereka. Mengerikan,” ungkap Gerber.
“Kami senang membantu di sini dengan anjing kami, untuk mengeluarkan orang hidup-hidup. Ini sangat penting. Saya sangat tersentuh karena kami dapat membantu di sini,” papar dia. (hanoum/arrahmah.id)