AL-WALAJA (Arrahmah.com) – Israel tak pernah berhenti melakukan kekejian dan penindasan terhadap warga Palestina. Tidakpuas dengan mengusir pnduduk Palestina dan mendirikan pemukiman illegal, Isreal menghancurkan kebun-kebun zaitun warga Palestina yang terletak di Al-Walaja.
Seorang petani tua Mohammed Al-Atrash (Abu Wajih) berdiri di sana shock, terdiam, bertanya-tanya di mana umat manusia pada hari ini ketik amelihat kebunnya yang dulu dipenuhi pohon zaitun kini gersang berlatar belakang tanah kering dan langit luas.
Pada hari dimulainya kembali sekolah dan bekerja setelah 5 hari liburan Idul Fitri, pemerintah Israel membawa pasukan besar mulai dari fajar dan melingkari area lebih dari satu mil persegi di Al-Walaja dan menyatakan daerah tersebut tertutup.
Tidak ada kehadiran media yang diizinkan. Puluhan pohon zaitun, almond, za’rur, dan pohon pinus hancur.
Begitu banyak orang yang mendukung kekejaman kontraktor Israel. Para pekerja yang notabene juga orang Arab, ‘petugas keamanan swasta Israel yang menjaga bulldozer, tentara Israel dan polisi perbatasan yang mengingatkan kita pada mafia dan negara fasis dan rasis lainnya.
Hal ini memalukan bahwa duta besar Israel masih aman di Amman dan di kota-kota Eropa.
Sungguh memalukan bahwa beberapa orang Palestina masih ada menolak untuk menyusun kembali PLO dan bersikeras bahwa mereka akan terus “kerjasama keamanan” dengan rezim apartheid. Beberapa bahkan terus bertemu dengan penjahat perang Israel.
Sementara itu pemerintah AS yang menjadi kacung Israel, mencoba dan meyakinkan Abbas untuk kembali ke “perundingan”; negosiasi tidak berguna sama sekali antara tahanan dan penjaga penjara di mana para penjaga bisa menentukan segala sesuatu.
Selama 20 tahun belakangan “proses perdamaian” menunjukkan bahwa hal itu hanyalah lelucon. Kembali ke ‘proses perdamaian’ berarti memberi lebih banyak waktu kolonialisme untuk menyelesaikan pembersihan etnis mereka.
Al-Walaja adalah salah satu tempat yang dikelilingi oleh dinding (udara penjara-terbuka). Sementara 1,5 juta orang masih ‘terpenjara’ di kamp konsentrasi terbesar dalam sejarah, atau dikenal sebagai Jalur Gaza yang mengalami blokade tak bermoral dan ilegal, dimana bantuan tentara Mesir masih berperan meneruskan blockade tersebut karena kekhawatiran akan kehilangan bantuan AS. (rasularasy/arrahmah.com)