TEL AVIV (Arrahmah.id) — Seorang rabi Israel telah memicu kemarahan setelah mengklaim gempa dahsyat yang melanda Turki dan Suriah pada hari Senin (6/2/2023) adalah balasan Tuhan.
Shmuel Eliyahu, yang menjabat sebagai kepala Rabi Safed di Israel utara dan merupakan anggota Dewan Kepala Rabi, mengklaim bahwa Tuhan menghukum negara-negara yang terkena bencana karena menganiaya orang-orang Yahudi.
“Tuhan menghakimi semua bangsa di sekitar kita yang menyerbu tanah kita dan berusaha membuang kita ke laut,” tulis Eliyahu dalam opini yang diterbitkan di surat kabar Olam Katan pada hari Jumat, seperti dikutip dari Middle East Eye (12/2).
Sedikitnya 31.000 orang tewas dalam gempa berkekuatan 7,8 skala Richter pada Senin, dengan 18 juta orang lainnya terkena dampak langsung di Turki selatan dan Suriah utara.
Dalam kolomnya, Eliyahu mengklaim bahwa Suriah telah “menganiaya penduduk Yahudinya selama ratusan tahun, menginvasi Israel tiga kali, menembak petani yang tinggal di kaki Dataran Tinggi Golan selama bertahun-tahun, menyiksa tawanan dan menggantung [mata-mata Israel] Eli Cohen .”
Dia juga membidik Lebanon, yang diguncang gempa dan sedang menghadapi krisis keuangan yang melemahkan, dalam tulisannya: “Tidak ada keraguan bahwa negara, yang dulunya ‘Swiss dari Timur Tengah’ telah menjadi neraka di bumi, dan hal seperti itu tidak terjadi secara kebetulan.”
Adapun Turki, yang berfungsi sebagai pusat gempa, dia menulis: “Kami tidak tahu apa yang terjadi dengan Turki, yang memfitnah kami di setiap arena, tetapi jika Tuhan mengungkapkan bahwa dia akan membuat keputusan atas musuh kita, kita tahu bahwa semua yang terjadi adalah untuk membersihkan dunia dan menjadikannya lebih baik.”
Eliyahu, merupakan ayah dari anggota parlemen sayap kanan dan menteri warisan Israel, Amihai Ben-Eliyahu, telah berulang kali menimbulkan kontroversi atas pernyataan anti-Palestina dan Arabnya, dan telah didakwa menghasut rasisme.
Pada tahun 2008, dia meminta pemerintah untuk melakukan “balas dendam yang disetujui negara” terhadap orang Arab.
Dan pada tahun 2019, dia memberi tahu para remaja yang diduga membunuh seorang wanita Palestina di Tepi Barat bahwa mereka tidak perlu takut akan penjara karena di sanalah jalan menuju kekuasaan politik dimulai. (hanoum/arrahmah.id)