PARIS (Arrahmah.id) – Sebuah karikatur yang diunggah oleh majalah satir Prancis Charlie Hebdo berisi olok-olok terhadap gempa dahsyat berkekuatan 7,8 yang melanda Turki dan Suriah telah menyebabkan kemarahan.
Majalah itu pada Senin (6/2/2023) mengunggah karikatur berjudul “Gempa Bumi di Turki”. Di bawah gambar bangunan yang runtuh, puing-puing dan mobil yang terbalik tertulis tulisan: “Bahkan tidak perlu mengirim tank”.
Gempa melanda Turki sebelum fajar pada Senin (6/2) dan diikuti oleh serangkaian gempa susulan, termasuk gempa berkekuatan 7,5. Bencana tersebut telah menewaskan sedikitnya 7.000 orang.
Karikatur yang digambar oleh seorang kartunis bernama Juin ini, diberi label “menjijikkan”, “memalukan”, dan “tidak manusiawi” oleh netizen di media sosial.
“Hal paling menjijikkan yang pernah saya baca. Mengunggah konten yang memprovokasi sehingga Anda mendapatkan publisitas gratis, sambil bersembunyi di balik alasan kebebasan berbicara,” tulis pengguna Twitter Sumi.
“Kebobrokan moral #charliehebdo benar-benar menjijikkan & mengerikan atas ketidakpekaannya terhadap penderitaan manusia,” tulis Huda Mzioudet, pengguna Twitter lainnya.
Beberapa pengguna media sosial mengatakan kartun itu menunjukkan “keberanian Eropa” terkait kebebasan berbicara.
“Eropa datang dan menguliahi kita tentang kebebasan berekspresi dan hal seperti inilah yang mereka anggap sebagai kebebasan berekspresi,” kata pengguna Twitter Simo.
Pengguna Twitter meminta platform dan pemiliknya Elon Musk untuk menghapus akun “rasis” majalah itu.
Anda harus menghapus akun rasis! @elonmusk @Twitter
— Ömür Özdemir (@ceriLevis) 7 Februari 2023
Charlie Hebdo telah dikritik beberapa kali karena karikaturnya yang tidak sensitif tentang Timur Tengah. Menjelang Piala Dunia Qatar 2022, majalah Prancis ini menerbitkan kartun islamofobia yang menggambarkan pria berjanggut, AK-47, dan peluncur roket yang bermain sepak bola di padang pasir.
Majalah tersebut sebelumnya telah menerbitkan kartun Nabi Muhammad shalallahu alayhi wa sallam yang sangat kontroversial, yang berakibat dibomnya kantor Charlie Hebdo pada 2011. Prancis sampai harus menutup sementara kedutaan dan sekolah di lebih dari 20 negara di tengah kekhawatiran akan pembalasan atas kartun serupa pada 2012.
Sementara itu, dua belas orang tewas ketika orang-orang bersenjata menyerbu kantor majalah tersebut di Paris pada 2015.
Sepanjang Senin malam (6/2), para penyintas gempa menggunakan tangan kosong untuk mengambil reruntuhan blok apartemen, mencoba menyelamatkan keluarga, teman, dan siapa pun yang masih berada di dalam bangunan yang runtuh.
Dengan gempa susulan yang terus mengguncang daerah itu, banyak korban selamat yang ketakutan dan kelelahan bermalam di luar rumah, terlalu takut untuk pulang.
Sebagian besar wilayah yang dilanda gempa di Suriah utara telah dihancurkan oleh perang bertahun-tahun dan pengeboman udara oleh pasukan Suriah dan Rusia yang menghancurkan rumah, rumah sakit, dan klinik. (zarahamala/arrahmah.id)