BELGIA (Arrahmah.id) – Menurut penelitian oleh organisasi anti-Islamofobia yang berbasis di Belgia, lonjakan kasus Islamofobia di Eropa secara substansial terkait dengan kebangkitan ekstremis sayap kanan.
Kolektif untuk Melawan Islamofobia di Eropa (CCIE) mengatakan dalam sebuah laporan, yang diterbitkan pada Rabu (25/1/2023), bahwa ada “kebangkitan Islamofobia yang luar biasa dan kebijakan yang diilhaminya pada tahun 2022.”
Menggarisbawahi bahwa Islamofobia di Eropa sering disangkal dan diminimalkan, organisasi tersebut mengatakan bahwa hal ini tidak membantu menghentikan kebangkitan sayap kanan.
CCIE mendesak Komisi Uni Eropa untuk menunjuk seorang koordinator kebencian anti-Muslim, untuk “berperang secara efektif melawan kebencian dan rasisme yang didorong oleh sayap kanan,” dan mengakhiri kecurigaan “yang berasal dari perjuangan melawan radikalisasi dan separatisme.”
CCIE mengungkapkan lebih banyak yang harus dilakukan untuk melawan diskriminasi terhadap Muslim dalam perekrutan dan pendidikan.
Kelompok itu mengatakan menerima 787 peringatan kasus Islamofobia sepanjang tahun 2022, termasuk 527 tindakan Islamofobia, 467 tindakan diskriminasi, 128 provokasi, 71 penghinaan, 59 pelecehan moral, 44 pencemaran nama baik, 27 kekerasan fisik, dan 33 terkait dengan memerangi radikalisasi dan separatisme.
Kasus-kasus Islamofobia ini mayoritas terjadi di ruang publik, khususnya di sekolah, katanya. (rafa/arrahmah.id)