ABU DHABI (Arrahmah.id) – Uni Emirat Arab akan mulai mengajarkan tentang Holocaust di kelas sejarah di sekolah dasar dan menengah di seluruh negeri, kata kedutaan UAE di AS.
Kedutaan tidak memberikan perincian tentang kurikulum dan otoritas pendidikan di Emirat dan tidak segera mengakui pengumuman tersebut pada Senin (9/1/2023).
Namun, pengumuman itu muncul setelah UEA menormalisasi hubungan dengan “Israel” pada 2020 sebagai bagian dari kesepakatan yang ditengahi oleh pemerintahan Presiden Donald Trump.
“Setelah (hashtag) AbrahamAccords yang bersejarah, (UEA) sekarang akan memasukkan Holocaust dalam kurikulum untuk sekolah dasar dan menengah,” ungkap kedutaan UAE dalam tweet, mengacu pada kesepakatan normalisasi yang juga melibatkan Bahrain dan Maroko yang akhirnya mengakui Israel.
Duta Besar Deborah E. Lipstadt, utusan khusus AS untuk memantau dan memerangi antisemitisme, memuji pengumuman tersebut dalam cuitannya sendiri.
“Pendidikan Holocaust sangat penting bagi umat manusia dan terlalu banyak negara, terlalu lama, terus meremehkan Shoah karena alasan politik,” tulis Lipstadt, menggunakan kata Ibrani untuk Holocaust. “Saya memuji UEA untuk langkah ini dan mengharapkan yang lain segera menyusul.”
Holocaust mengklaim Nazi Jerman secara sistematis membunuh 6 juta orang Yahudi Eropa selama Perang Dunia II.
Pengumuman tersebut muncul menjelang pertemuan yang direncanakan dari Kelompok Kerja Forum Negev di Abu Dhabi pekan ini. Pertemuan tersebut akan dihadiri oleh pejabat dari Bahrain, Mesir, “Israel”, Maroko, UEA, dan AS. Mesir secara diplomatis telah mengakui “Israel” selama beberapa dekade.
Forum Negev sebelumnya Maret lalu di “Israel” mendapat kecaman luas dari warga Palestina, yang mengkritik kehadiran pejabat Arab dan menyebutnya sebagai “tusukan dari belakang”.
Pada 1948 ratusan ribu orang Palestina diusir secara paksa dari rumah mereka dan banyak lainnya dibunuh dalam pembantaian, membuka jalan bagi pembentukan negara “Israel”.
Negara memberikan kewarganegaraan otomatis kepada siapa pun keturunan Yahudi, di sisi lain terus melanjutkan pendudukan brutalnya atas Palestina.
Negara-negara Arab lainnya telah menolak untuk mengakui “Israel” secara diplomatis atas pendudukan selama puluhan tahun dan pelanggaran hak asasi manusia.
Pengumuman oleh UEA juga datang setelah UEA dan negara-negara Arab lainnya mengutuk seorang menteri ultranasionalis Kabinet “Israel” karena mengunjungi situs suci Yerusalem untuk pertama kalinya sejak pemerintahan sayap kanan baru Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menjabat.
Situs yang dianggap sebagai Temple Mount adalah situs tersuci dalam Yudaisme, rumah bagi Kuil alkitabiah kuno, di mana saat ini merupakan kompleks Masjid Al Aqsa, situs tersuci ketiga dalam Islam. Sejak “Israel” merebut situs tersebut pada 1967, orang Yahudi diizinkan untuk berkunjung tetapi tidak berdoa di sana. (zarahamala/arrahmah.id)