ISLAMABAD (Arrahmah.id) – Dua pria bersenjata yang mengendarai sepeda motor menembak dan membunuh dua polisi pada Jumat (6/1/2023) di barat laut Pakistan, wilayah yang berbatasan dengan Afghanistan di mana eskalasi kekerasan terjadi dalam beberapa bulan terakhir, kata polisi.
Taliban Pakistan segera mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu.
Sebuah pernyataan polisi mengatakan pencarian sedang dilakukan untuk menemukan dua pria bersenjata yang melarikan diri dari lokasi serangan di Lakki Marwat, sebuah kota di provinsi Khyber Pakhtunkhwa.
Taliban Pakistan, yang dikenal sebagai Tehreek-e-Taliban Pakistan atau TTP, adalah kelompok terpisah tetapi juga sekutu dekat Taliban Afghanistan.
Banyak pemimpin dan pejuang TTP telah menemukan tempat perlindungan dan bahkan telah hidup secara terbuka di Afghanistan sejak pengambilalihan Taliban, yang juga membuat Taliban Pakistan semakin berani.
Pakistan telah menyaksikan serangan milisi yang tak terhitung jumlahnya dalam dua dekade terakhir, tetapi telah terjadi peningkatan sejak November, ketika TTP mengakhiri gencatan senjata selama sebulan dengan pemerintah.
Taliban Pakistan secara teratur melakukan serangan penembakan atau pengeboman, terutama di Pakistan barat laut yang terjal dan terpencil, bekas kubu TTP. Meningkatnya kekerasan baru-baru ini telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan penduduk akan kemungkinan operasi militer baru di bekas wilayah suku Waziristan Utara dan Selatan, sekarang menjadi dua distrik di Khyber Pakhtunkhwa.
Juru bicara TTP Mohammad Khurasani mengklaim pejuang mereka menargetkan pasukan dalam dua serangan terpisah di Waziristan Utara dan Selatan pada Jumat (6/1), menyebabkan korban jiwa. Tidak ada komentar langsung dari militer tentang klaim atau serangan terhadap pasukan.
Ribuan penduduk mengadakan unjuk rasa, Jumat (6/1) di Waziristan Selatan menuntut perdamaian dan meminta militer untuk menahan serangan besar-besaran yang dapat memaksa mereka meninggalkan rumah mereka.
Pada 2013-2017, ketika militer Pakistan melakukan serangan luas untuk membasmi milisi di sana, pertempuran itu membuat jutaan orang mengungsi selama bertahun-tahun. Tentara mengumumkan kemenangan pada 2017, mengizinkan orang untuk kembali ke rumah mereka. (zarahamala/arrahmah.id)