KABUL (Arrahmah.com) – Setelah melakukan pertempuran melawan mujahidin Taliban selama tujuh tahun, kini tentara-tentara yang bekerja untuk pemerintah Afghanistan berbalik arah mendukung Taliban.
Sulaiman Ameri, dan 16 orang lainnya sampai bulan lalu masih menjadi pelayan pemerintah Afghanistan, yang bekerja sebagai polisi dan melakukan patroli di daerah yang berbatasan dengan Iran.
Namun kini, mereka menjawab panggilan Taliban yang menginginkan seluruh pasukan asing keluar dari Afghanistan.
Ameri, yang kini telah menjadi salah satu pemimpin pasukan Taliban, mengatakan dirinya bergabung dengan kelompok jihad Taliban karena apa yang ia sebut sebagai anti-muslim yang diperlihatkan oleh perilaku pasukan asing.
“Aku sudah melihat semua kelakkan mereka dengan mata sendiri. Aku melihat pelacuran, kegemaran mereka meminum alkohol,” ujar Ameri seperti yang dilansir al-jazeera.
“Kami Muslim, dan Jihad adalah kewajiban untuk kami,” lanjut Ameri yang berbicara dari pegunungan Herat.
“Tanah kita telah diduduki oleh Negara kafir Amerika, dan aku ingin mereka segera meninggalkan negeri ini. Itulah tujuanku satu-satunya.” Ia menambahkan.
Perilaku Hormat
Brigadir Jenderal Richard Blanchette, juru bicara NATO mengatakan tentara-tentara asing yang tergabung dalam ISAF, memiliki perilaku hormat. Dirinya mengklaim, berita mengenai keburukan perilaku tentara asing merupakan kampanye yang disebarkan Taliban untuk mencoreng nama pasukan asing di mata warga sipil Afghanistan.
Namun pada faktanya, tidak hanya Ameri dan 16 pengikutnya yang kini bergabung dengan Taliban, terdapat 70 orang polisi Afghanistan, telah berkhianat terhadap pemerintah Afghanistan dan memilih bergabung dengan Taliban sejak dua bulan silam.
Mereka kebanyakan mengatakan, “Kami mati-matian melakukan suatu pekerjaan yang beresiko besar dengan gaji kecil, tidak ada penghargaan apapun yang diberikan.”
Seperti biasa, pemerintah rezim Karzai tidak mengakui bahwa puluhan polisinya kini telah menyebrang dan mendukung Taliban untuk menghantam tentara kafir dan tentara murtad Afghanistan di bawah kepemimpinan Karzai. (Hanin Mazaya/Arrahmah.com)