ALJIR (Arrahmah.id) – Keputusan Aljazair untuk memutuskan hubungan dengan Maroko tahun lalu merupakan alternatif bagi kedua negara yang akan berperang, kata Presiden Abdelmadjid Tebboune, menuduh Maroko “bertahan dalam permusuhannya” terhadap negaranya.
Berbicara kepada surat kabar Prancis Le Figaro, Tebboune mengatakan hubungan yang tegang dengan Maroko dimulai sejak Perang Pasir 1963, dan menekankan bahwa masalahnya adalah “dengan rezim Maroko dan bukan dengan rakyat”.
“Ada 80.000 orang Maroko yang tinggal di Aljazair tanpa masalah sedikit pun,” kata Tebboune dalam komentar yang diterbitkan Kamis (29/12/2022), memperbaharui penolakannya terhadap setiap mediasi untuk menyelesaikan krisis diplomatik.
Aljazair memutuskan hubungan dengan Rabat pada Agustus 2021 karena perselisihan Sahara Barat, di mana negara-negara Afrika Utara telah terkunci selama beberapa dekade.
Maroko menguasai sekitar 80 persen wilayah gurun, sementara Aljazair mendukung Front Polisario yang memberontak.
Aljazair juga semakin marah dengan kerja sama keamanan dan pertahanan Maroko dengan “Israel”, yang menjalin hubungan dengannya pada Desember 2020. Aljazair tidak mengakui “Israel”.
Tebboune mengkritik apa yang dia anggap sebagai ketidaksesuaian antara posisi masyarakat internasional mengenai perang di Ukraina dan situasi di Palestina dan di tempat lain.
“Yang bisa saya katakan adalah Aljazair tidak mendukung atau mengutuk apa yang terjadi di Ukraina,” kata Tebboune tentang perang yang sedang berlangsung di sana.
“Di sisi lain, akan lebih baik jika PBB mengutuk apa yang terjadi dalam hal serupa di luar Eropa, seperti pendudukan Dataran Tinggi Golan [Suriah] oleh “Israel” dan Sahara Barat oleh Maroko.”
Tebboune mengatakan dia akan mengunjungi Moskow pada tanggal yang belum ditentukan.
Di sisi yang lebih positif, Tebboune memberikan selamat kepada timnas Maroko atas penampilan mereka selama Piala Dunia 2022 di Qatar.
“Kami memuji mereka sebagaimana mereka memuji kami ketika kami memenangkan Piala Afrika pada 2019,” katanya.
Maroko membuat sejarah dengan menjadi tim Afrika dan Arab pertama yang mencapai semifinal di turnamen sepak bola dunia, sebelum mereka disingkirkan oleh Prancis. (zarahamala/arrahmah.id)