ANKARA (Arrahmah.id) – Presiden Recep Tayyip Erdoğan mengumumkan bahwa kapal pengeboran Fatih menemukan tambahan 58 miliar meter kubik (bcm) cadangan gas alam di kedalaman 3.023 meter di blok Çaycuma 1 di lepas pantai Laut Hitam.
Berbicara setelah rapat kabinet tahun ini di ibu kota Ankara pada Senin (26/12/2022), Presiden mengatakan bahwa penemuan baru tersebut akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kemandirian energi negara.
Dia mencatat bahwa cadangan gas alam Turki di Laut Hitam berjumlah 710 bcm, dengan nilai pasar $1 triliun.
“Tujuan akhir Turki adalah mendeklarasikan kemandirian energi dari minyak dan gas alam asing sesegera mungkin,” kata Presiden. Dia melanjutkan dengan mengatakan bahwa penemuan baru tersebut akan meluas ke ladang terdekat dan bahwa Turki akan segera memulai aktivitas pengeboran baru.
“Kami bertekad untuk memastikan bahwa Turki menjadi pusat energi di wilayah Laut Kaspia dan Mediterania, serta Timur Tengah,” katanya, seraya menambahkan bahwa negara tersebut juga akan menjadi penghubung antara Timur dan Barat dengan jembatan energinya.
Ankara bertujuan untuk mulai memompa gas ke jaringan nasional pada 2023, peringatan seratus tahun berdirinya Turki modern, dengan produksi dataran tinggi yang berkelanjutan mulai 2027-2028.
Turki saat ini memiliki dua kapal penelitian seismik, Oruç Reis dan Barbaros Hayrettin Paşa, dan tiga kapal bor: Fatih, Kanuni dan Yavuz yang beroperasi. Ketiga kapal pengebor tersebut diharapkan segera bergandengan tangan dan beroperasi secara bersamaan di Laut Hitam untuk mempercepat tugas pemanfaatan gas alam yang ditemukan di wilayah tersebut.
Pada 2022, negara mengebor 94 sumur eksplorasi dan 56 sumur produksi. Pada 2023, menurut keterangan Menteri ESDM sebelumnya, negara akan memiliki total 207 sumur dengan 134 pusat eksplorasi dan 73 pusat produksi.
Meningkatkan investasi infrastruktur energi, peta jalan energi masa depan Turki mencakup diversifikasi sumber serta memanfaatkan cadangannya sendiri di Laut Hitam.
Menurut rencana, Turki ingin mengurangi ketergantungan asing pada energi, yaitu 71% pada 2021, menjadi di bawah 50% dalam 10 tahun ke depan, dan menjadi 13% pada 2053. (zarahamala/arrahmah.id)