TEHERAN (Arrahmah.id) – Farideh Moradkhani, seorang pengkritik rezim Iran yang blak-blakan, ditangkap pada November ketika dia menyatakan dukungannya untuk protes anti-rezim yang sedang berlangsung di seluruh Iran.
Dia bahkan meminta masyarakat internasional untuk memutuskan hubungan dengan Teheran, tulis pengacara Moradkhani, Mohammad Hossein Aghasi, di Twitter.
Aghasi juga mengatakan kliennya awalnya divonis 15 tahun penjara, namun setelah naik banding, hukuman Moradkhani dikurangi.
Dia mengatakan bahwa kritikannya diadili oleh Pengadilan Ulama Khusus Iran, sebuah badan independen dari peradilan negara yang bertugas menuntut ulama dan jawaban hanya kepada pemimpin tertinggi, lansir Arab News (10/12/2022).
Pengacara Moradkhani menjelaskan bahwa pengadilan tidak memiliki yurisdiksi atas kasus kliennya mengingat dia bukan seorang ulama.
Dia juga tidak mengatakan apa yang dituduhkan kepada kliennya, dan pihak berwenang belum mengomentari kasus tersebut hingga saat ini.
Moradkhani telah ditangkap dua kali, awal tahun ini dan pada 2018, karena mengkritik rezim.
Awal pekan ini, Badri Hosseini Khamenei, ibu Moradkhani dan saudara perempuan Pemimpin Tertinggi Ali Khamenei, juga menyatakan penentangannya terhadap rezim saudara laki-lakinya, dan meminta pasukan militer untuk bergabung dengan pengunjuk rasa sebelum ‘terlambat’.
Dia dilaporkan mengungkapkan pandangannya dalam surat yang dibagikan oleh putranya, yang berbasis di Prancis.
“Garda Revolusi dan tentara bayaran Ali Khamenei harus meletakkan senjata mereka sesegera mungkin dan bergabung dengan rakyat sebelum terlambat,” bunyi surat itu.
“Sebagai tugas kemanusiaan saya, berkali-kali saya membawa suara rakyat ke telinga saudara laki-laki saya Ali Khamenei beberapa dekade lalu. Namun, setelah saya melihat bahwa dia tidak mendengarkan dan melanjutkan cara [mantan Pemimpin Tertinggi Ruhollah] Khomeini dalam menekan dan membunuh orang yang tidak bersalah, saya memutuskan hubungan saya dengannya,” lanjutnya.
Protes meletus di seluruh Iran sejak 16 September setelah wanita Kurdi Iran berusia 22 tahun Mahsa Amini meninggal setelah dia ditangkap oleh polisi moralitas di Teheran.
Setidaknya 458 orang, termasuk 63 anak dan 29 wanita, telah dibunuh oleh pasukan keamanan dalam protes tersebut, menurut kelompok HAM Iran Human Rights yang berbasis di Oslo. (haninmazaya/arrahmah.id)