DAMASKUS (Arrahmah.id) – Sebuah video yang menyayat hati dari seorang gadis Suriah berbicara tentang penderitaan yang dia dan keluarganya alami di musim dingin telah menjadi viral dalam beberapa hari terakhir.
Gadis itu, yang nama dan umurnya tidak dapat dipastikan, berbicara sementara gadis lain yang duduk di sebelahnya tidak dapat menahan air mata.
Video pendek itu dibagikan di halaman Twitter sebuah LSM bernama The Emergency Response Team, yang meminta sumbangan untuk membantu 500 keluarga.
Lokasinya juga tidak dapat diverifikasi tetapi kemungkinan di Suriah Utara , di mana beberapa badan amal beroperasi untuk membantu jutaan warga Suriah yang terlantar sejak perang pecah di negara itu pada 2011.
“Setiap malam kami tidur dalam kedinginan dan kelaparan. Kami tidak punya kayu [untuk pemanas]. Ayah saya sudah meninggal, sebelum meninggal kami selalu punya kayu, kami selalu hangat saat ia masih hidup,” katanya.
“Tapi sekarang,” katanya sebelum jeda singkat, “semuanya hancur. Baba [ayah] ada di suatu tempat, dan kita ada di tempat lain.”
Dia bertanya kepada pria yang mewawancarainya mengapa mereka menderita pada malam musim dingin ketika anak-anak lain bisa tidur dengan hangat dan cukup makan.
“Apakah anakmu tidur tanpa makanan? Apakah ia kedinginan? Tentu saja tidak. Apa salah kami? Semua anak yang memiliki ayah tidur dalam kehangatan.”
Kata-kata terakhirnya dalam video tersebut adalah: “Saya berharap Baba bisa membawa kami bersamanya,” saat gadis di sebelahnya duduk diam dengan air mata mengalir di wajahnya.
Dihantam konflik selama hampir 12 tahun, kekurangan bahan bakar kronis di negara yang dilanda perang itu telah meningkat dalam beberapa pekan terakhir, menyebabkan banyak warga Suriah tanpa listrik hingga 22 jam sehari dan tidak dapat memanaskan rumah mereka.
Pengungsi lokal Suriah yang tinggal di kamp-kamp pengungsi menderita kondisi yang jauh lebih buruk, dengan akses yang tidak memadai ke pemanas, sanitasi, air minum, dan perawatan kesehatan dasar. Kolera juga menyebar luas di kamp-kamp yang menampung para pengungsi.
Sembilan puluh persen warga Suriah sekarang hidup di bawah garis kemiskinan dan 12,4 juta orang tidak aman pangan, menurut PBB. (zarahamala/arrahmah.id)