TRIPOLI (Arrahmah.com) – Sebuah situs independen counterpunch.org, merilis artikel menarik mengenai pemberontakan dunia Arab. Dalam tulisan tersebut dikatakan bahwa lebih dari 70 persen pemberontak Libya (termasuk jajaran komandan) adalah Mujahidin.
Seluruh perjuangan bersenjata antara Dewan Transisi Nasional (NTC)-pemerintahan transisi bentukan oposisi-dan rezim Gaddafi, baik sekuler pro-Barat dan kubu Islam saling bekerja sama dalam mencapai tujuan mereka menggulingkan Gaddafi. Namun, kedua belah pihak kini saling tidak mempercayai satu sama lain setelah melalui bulan-bulan yang panjang melawan tentara loyalis Gaddafi, tulis artikel tersebut.
Para Islamis Libya menuduh sekuler pro-Barat yang berada dalam NTC telah membuat kesepakatan dengan negara-negara NATO yang telah merugikan negara. Selain itu, mereka juga menuduh telah ada konspirasi di antara kedua pihak.
Sebagai contoh, pada akhir Juli lalu, Komandan militer tentara oposisi yang pro-sekuler, Jenderal Abdelfattah Younis telah ditembak mati oleh pasukan yang berorientasikan Islam dengan alasan karena ia telah bersekongkol dengan NATO untuk menyerang mereka secara diam-diam.
Berbicara dalam keadaan anonim, seorang pejabat senior Libya yang baru-baru ini ditunjuk sebagai perwakilan NATC di negara besar Eropa mengklaim bahwa Younis digunakan untuk memberikan NATO koordinat posisi untuk pemboman udara oleh pasukannya sendiri karena ia dinilai “terlalu Islami”.
Dengan demikian, dalam banyak kasus, NATO dianggap telah membomb sasaran yang salah, bukan karena kesalahan teknis, tetapi karena mereka sengaja diberikan informasi menyesatkan. Klaim pejabat senior lainnya menyatakan lebih dari tujuh puluh persen pemberontak Libya yang bertempur di lapangan adalah Mujahidin yang menolak intervensi pasukan salibis NATO dan Barat.
Tak lama setelah jatuhnya Tripoli, sengketa ini muncul ke permukaan, Perdana Menteri Mahmoud Jibril mengakui bahwa NTC tidak bisa mengontrol banyak kelompok bersenjata. Sementara itu, Sheikh Ali Sallabi, seorang ulama terkemuka, menyerukan pengunduran diri Jibril dan rekan-rekannya termasuk menteri keuangan, komunikasi dan pertambangan. Ia mengatakan bahwa mereka koruptor antek Barat yang mencuri revolusi.
Dalam wawancara baru-baru ini, Sekjen NATO, Anders Fogh Rasmussen mengatakan bahwa pihak pro-Barat menyatakan kekhawatirannya bahwa “ekstrimis Islam” akan mencoba “mengeksploitasi” situasi negara. (haninmazaya/arrahmah.com)