RAMALLAH (Arrahmah.id) – Ribuan orang berduka pada Rabu (30/11/2022), ketika seorang warga Palestina kelima terbunuh pada Selasa (29/11) oleh pasukan “Israel”, Raed Naasan (21) di desa Mughayer, sebelah timur Ramallah.
Naasan dipastikan tewas oleh kementerian kesehatan Palestina pada Selasa sore (29/11) setelah dia ditembak di dada saat terjadi konfrontasi antara warga Palestina dan pasukan “Israel” selama serangan militer “Israel”.
Kerumunan warga Palestina berbaris pada Rabu pagi (30/11) di Mughayer, membawa jenazah Naasan di tengah pengibaran bendera dan slogan, sementara pemogokan umum terlihat di kota.
“Raed adalah pemuda yang sangat sopan, selalu baik kepada semua orang di sekitarnya”, kata Tareq Othman, penduduk Mughayer dan teman keluarga Naasan, kepada The New Arab.
“Dia bekerja di pasukan keamanan Palestina dan memiliki dua saudara laki-laki, keduanya adalah tahanan di penjara pendudukan”, katanya.
“Raed sendiri sangat berani dan selalu berada di jalan ketika pasukan pendudukan menyerbu kota, menghadapi mereka,” jelas Othman. “Dia sudah terluka dua kali saat menghadapi pasukan “Israel”.”
Kematian Naasan oleh pasukan “Israel” menyusul pembunuhan tiga warga Palestina lainnya di Tepi Barat yang diduduki. Pada Selasa (29/11), kementerian kesehatan Palestina mengonfirmasi kematian Jawad Rimawi yang berusia 22 tahun dan Thafer Rimawi yang berusia 21 tahun, keduanya bersaudara, dan Mufid Ikhlayel yang berusia 44 tahun.
Di Universitas Birzeit Ramallah, kerumunan ribuan mahasiswa berbaris di kampus untuk berduka atas kematian Thafer dan Jawad Rimawi, di hadapan ibu dan saudara perempuan mereka, mengibarkan bendera dan meneriakkan slogan-slogan kemarahan.
Thafer Rimawi adalah seorang mahasiswa di Birzeit, dan Jawad Rimawi adalah baru saja lulus. Mereka berdua dibunuh oleh pasukan “Israel” selama penyerbuan “Israel” di desa Kufr Ain, dekat Ramallah, di mana mereka berdua berpartisipasi dalam menghadapi pasukan penyerang dengan batu.
Lebih banyak orang kemudian menghadiri pemakaman Rimawi bersaudara di kampung halaman mereka di Beit Rima, sebelah barat Ramallah.
“Jawad lulus musim panas lalu, dia sangat senang karena dia mendapatkan pekerjaan dengan cepat, dan hari ini seharusnya menjadi hari kerja yang normal baginya,” kata salah satu temannya kepada TNA di pemakaman.
“Dia selalu hadir di setiap konfrontasi dengan pasukan pendudukan di daerah itu,” kata sang teman. “Adik laki-lakinya, Thafer, yang masih kuliah, mulai mengikuti langkahnya dan mengambil bagian dalam konfrontasi baru-baru ini.”
“Thafer sangat baik padaku, dia memperlakukanku seperti adik laki-lakinya,” kata Milad Rimawi, sepupu Thafer dan Jawad yang berusia 14 tahun, kepada TNA.
“Dia biasa mengajak saya dan teman-teman saya piknik di bukit terdekat, dan ketika dia melihat kami di desa, dia akan berhenti dan bermain dengan kami, saya tidak percaya dia sudah pergi,” tambah sepupu itu sambil terisak.
“Jawad adalah pelanggan di kafe saya yang suka menghabiskan waktu, selalu tersenyum dan peduli, sering bercanda dan membuat orang lain tertawa,” kata seorang warga Beit Rima kepada TNA di pemakaman.
“Dia pekerja keras dan memiliki banyak impian untuk masa depan, tetapi dia selalu mengutamakan patriotismenya di atas segalanya,” tambah sang teman. “Saya melihat di Facebook pagi ini dan tidak percaya. Rasanya seperti kehilangan sebagian diri saya.”
Di desa Beit Ummar, sebelah utara Hebron, ribuan warga Palestina ikut serta dalam pemakaman Mufid Khlayel yang berusia 44 tahun, yang juga tewas akibat penggerebekan pasukan “Israel” pada Selasa dini hari (29/11).
“Pasukan pendudukan menyerbu Beit Ummar dengan lebih dari 150 tentara sekitar tengah malam,” kata Younis Arar, seorang penduduk desa, kepada TNA.
“Para pemuda di desa menghadang tentara pendudukan dengan batu dan bom molotov, dan konfrontasi berlanjut hingga pukul 02:00 ketika tentara mundur dari desa,” jelasnya.
“Sekitar 21 orang terluka dalam penggerebekan itu, dan salah satunya adalah Mufid,” ujarnya. “Kemudian, di rumah sakit, dia dinyatakan meninggal di pagi hari, dan sejak itu, Beit Ummar ditutup dalam pemogokan umum untuk berkabung atas Mufid.”
“Mufid adalah mantan napi yang pernah mendekam di penjara pendudukan dan dia adalah ayah dari empat orang anak,” jelas Arar.
“Beliau bekerja di bidang konstruksi dan sangat terampil, menguasai beberapa pekerjaan yang berhubungan dengan konstruksi, pekerja keras dan sederhana,” tambah Arar. “Semua orang di Beit Ummar merasakan kehilangannya.”
Sore harinya, konfrontasi pecah antara warga Palestina di Beit Ummar dan pasukan “Israel” setelah pemakaman Ikhlayel. Beberapa kasus sesak napas dengan gas air mata dilaporkan.
Pada Selasa malam (29/11), komisi urusan sipil Palestina, badan yang bertanggung jawab untuk menghubungi pihak berwenang “Israel” mengenai masalah sipil di Tepi Barat, mengonfirmasi kematian Rani Abu Ali yang berusia 45 tahun akibat luka-luka setelah serangan mendadak di dekat Ramallah.
Abu Ali telah menabrakkan mobilnya ke seorang perwira militer wanita “Israel” di persimpangan Mukhmas dekat Ramallah. Kondisi petugas digambarkan sebagai “serius” oleh media “Israel”. Pada saat yang sama, Abu Ali ditembak oleh pasukan “Israel” dan dibawa ke rumah sakit, sebelum dinyatakan meninggal di kemudian hari.
Sumber-sumber Palestina membenarkan bahwa Abu Ali adalah penduduk kota Bitunia di Ramallah dan ayah dari lima anak.
Terbunuhnya Jawad Rimawi, Thafer Rimawi, Mufid Ikhlayel, Raed Naasan dan Rani Abu Ali menjadikan jumlah total warga Palestina yang dibunuh oleh pasukan “Israel” sejak awal 2022 menjadi 208. (zarahamala/arrahmah.id)