IDLIB (Arrahmah.id) — “Ke mana kami bisa pergi (kami tidak punya tempat tinggal)? Kami ingin hidup bermartabat, di tempat yang tidak dapat didekati oleh kelompok perlawananmana pun,” pinta Abu Abdullah al-Shami, salah satu pengungsi Suriah, ketika diusir dari sebuah rumah pengungsian di desa Foua, utara Idlib.
Dilansir Enab Baladi (17/11/2022), teriakan Al Shami ini diungkapkan di sebuah ruangan kecil yang dia temukan di kebun dekat kota Sarmada dua pekan lalu bersama anak istrinya pasca diusir dari desa Goua oleh kelompok perlawanan Suriah Faylaq Sham.
Selama tujuh bulan, al-Shami dan keluarganya menghadapi pelecehan, keluhan, dan tuntutan hukum untuk segera mengosongkan rumah di desa Foua, menurut apa yang dia katakan kepada Enab Baladi.
Dia terpaksa meninggalkannya dengan dalih bahwa itu adalah harta rampasan Faylaq Sham.
Faylaq Sham ditetapkan menguasai desa Kefraya dan Foua berdasarkan kesepakatan antar faksi dalam peperangan.
Konsekuensinya penduduk dari dua desa yang dikepung oleh faksi tersebut diberikan ganti pemindahan ke Zabadani dan Madaya.
Al Shami mencoba menggunakan faksi lain untuk intervensi dan mediasi, namun Faylaq Sham menolak dan bersikeras untuk mengusirnya.
“Faylaq Sham memiliki 92 rumah, dan berhak mengusir siapa pun dan kapan pun dia mau,” ujar al-Shami mengutip perkataan salah satu komandan Faylaq Sham.
Faylaq Sham bersikeras untuk menggusurnya karena dia termasuk orang pertama bergabung dalam demonstrasi menolak pemindahan pengungsi dari kedua desa tersebut.
Juni lalu, puluhan demonstrasi di desa Foua memprotes keputusan Faylaq Sham yang mengusir mereka.
Saat itu, Faylaq Shami mengeluarkan teguran untuk mengosongkan sekitar 20 rumah dalam jangka waktu paling lama satu minggu.
Sumber di desa mengatakan kepada Enab Baladi bahwa Faylaq Sham memutuskan untuk mengevakuasi lebih dari 130 rumah.
Demonstrasi diakhiri dengan “sesi rekonsiliasi” dan berjanji untuk tidak mengusir keluarga mana pun dari rumah mereka, tetapi setelah tiga bulan pasca demonstrasi berhenti pengusiran terjadi lagi. Bahkan tanpa kompensasi atas biaya-biaya yang mereka keluarkan untuk memperbaiki rumah itu.
Enab Baladi menghubungi Saif Abu Omar, petugas media SNA yang berafiliasi dengan Faylaq Sham, untuk mendapatkan klarifikasi tentang pengusiran keluarga tersebut, tetapi tidak mendapat tanggapan. (hanoum/arrahmah.id)