TEHERAN (Arrahmah.id) — Menteri intelijen Esmail Khatib, menegaskan kepada Arab Saudi bahwa kesabaran Iran ada batasnya dan bisa habis. Ia meminta agar Arab Saudi menghentikan permusuhan dengan Iran.
“Selama ini Iran telah sabar dengan rasionalitas yang tegas, tetapi tidak dapat menjamin bahwa kesabaran tidak akan habis jika permusuhan berlanjut,” kata Esmail Khatib seperti dilansir oleh media semi resmi pemerintah, Fars (9/11/2022).
“Jika Iran memutuskan untuk membalas dan menghukum, istana kaca akan runtuh dan negara-negara ini tidak akan mengalami stabilitas lagi.” ujarnya.
Hubungan Iran dan Arab Saudi memanas dalam beberapa hari terakhir. Sebelumnya, The Wall Street Journal melaporkan bahwa Arab Saudi telah berbagi intelijen dengan Amerika memperingatkan tentang serangan yang akan segera dilakukan Iran terhadap Arab Saudi. Namun sehari kemudian Iran menyatakan laporan tersebut sebagai tuduhan tak berdasar.
Akun Telegram yang berafiliasi dengan Garda Revolusi Iran (IRGC) menerbitkan video simulasi serangan terhadap fasilitas minyak di Arab Saudi pada Rabu, 3 November 2022. Video itu beredar setelah Amerika Serikat menyatakan keprihatinannya atas ancaman Iran terhadap Arab Saudi.
Seperti dilansir Al Arabiya (3/11), video tersebut diunggah oleh akun Telegram yang berafiliasi dengan IRGC yang memiliki lebih dari 350 ribu pelanggan. Video itu menunjukkan simulasi serangan drone terhadap fasilitas minyak Arab Saudi, Aramco.
Seorang juru bicara Gedung Putih mengatakan pada hari Selasa bahwa Amerika khawatir tentang ancaman dari Iran terhadap Arab Saudi. Amerika menyatakan akan membela Arab Saudi bila Iran menyerang negara kaya minyak itu.
Komandan IRGC, Hossein Salami, mengeluarkan ancaman terhadap Arab Saudi pada Sabtu (29/10/2022), dengan mengatakan, “Hati-hati, kami akan datang untukmu.”
Salami menuduh Riyadh memicu protes antirezim yang sedang berlangsung di Iran. Pada 17 Oktober 2022, Salami menuduh Arab Saudi mencampuri urusan dalam negeri Iran dan memprovokasi kaum muda Iran melalui medianya. Ia memperingatkan Arab Saudi untuk berhati-hati.
Protes mengguncang Iran yang dipicu oleh kematian Mahsa Amini, 22 tahun, dalam tahanan polisi moral pada 16 September 2022. Para pengunjuk rasa telah meneriaki Pemimpin Tertinggi Ayatullah Ali Khamenei dan menyerukan perubahan rezim.
Kelompok yang berbasis di Oslo, Norwegia, Iran Human Rights (IHR), pada hari Rabu menyatakan setidaknya 277 orang, termasuk 40 anak-anak dan 24 perempuan, tewas dalam protes tersebut. Ali Khamenei menyalahkan kekuatan asing, yaitu Amerika dan Israel, atas aksi protes tersebut. (hanoum/arrahmah.id)