JAWA TIMUR (Arrahmah.id) – Sedikitnya 174 orang tewas dan puluhan lainnya luka-luka dalam kerusuhan di stadion sepak bola Jawa Timur.
Tragedi Sabtu malam (1/10/2022) di timur kota Malang ini merupakan salah satu bencana stadion olahraga paling mematikan di dunia.
Polisi di Provinsi Jawa Timur mengatakan ribuan suporter Arema FC menyerbu lapangan Stadion Kanjuruhan setelah timnya kalah 3-2 dari Persebaya Surabaya. Petugas berusaha mengendalikan “kerusuhan” dengan menembakkan gas air mata, memicu kericuhan saat para pendukung yang panik bergegas menuju pintu keluar.
Beberapa tercekik dalam kekacauan sementara yang lain terinjak-injak hingga tewas. Setidaknya 34 orang, termasuk dua petugas polisi, tewas di stadion, lansir Al Jazeera.
Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak mengatakan kepada Kompas TV dalam sebuah wawancara pada Ahad (2/10) bahwa jumlah kematian telah meningkat menjadi 174, sementara lebih dari 100 orang terluka menerima perawatan intensif di delapan rumah sakit. Sebelas di antaranya dalam kondisi kritis, katanya.
“Pada 09:30 korban tewas adalah 158, pada 10:30 angka itu naik menjadi 174 kematian,” kata Dardak.
Seorang direktur rumah sakit mengatakan kepada televisi lokal bahwa salah satu korban berusia lima tahun.
Cuplikan video dari saluran berita lokal menunjukkan para penggemar mengalir ke lapangan di Stadion Kanjurujan di Malang setelah Arema FC kalah dari Persebaya Surabaya. Perkelahian dan gas air mata di udara dapat terlihat. Gambar juga menunjukkan orang-orang yang tampaknya telah kehilangan kesadaran dibawa oleh penggemar lain.
Stadion ini menampung 42.000 orang dan pihak berwenang mengatakan itu terjual habis. Polisi mengatakan sekitar 3.000 orang telah menyerbu lapangan. Kendaraan di luar stadion juga dibakar, termasuk sedikitnya lima mobil polisi dan truk.
Para penyintas menggambarkan para penonton yang panik di tengah kerumunan yang penuh sesak, saat gas air mata menghujani mereka.
“Petugas menembakkan gas air mata, dan secara otomatis orang-orang bergegas keluar, saling mendorong dan menimbulkan banyak korban,” kata seorang penonton berusia 43 tahun kepada kantor berita AFP. “Tidak ada yang terjadi, tidak ada kerusuhan. Saya tidak tahu apa masalahnya, mereka tiba-tiba menembakkan gas air mata. Itulah yang mengejutkan saya, apakah mereka tidak memikirkan anak-anak, wanita?” (haninmazaya/arrahmah.id)