JAKARTA (Arrahmah.id) – Janji menteri Perdagangan Zulhas terkait dana 100 T yang akan dialokasikan untuk petani agar aman secara harga produk pertanian layak ditunggu apa realisasinya?
Selama ini pemerintah nyaris lepas tangan saat harga komoditi petani harganya jatuh karena kebijakan impor pangan yang menjadi andalan pemerintah.
“Kenaikan harga BBM adalah kado pahit bagi petani bertepatan Hari Tani Nasional 24 September 2022. Petani dan buruh tani yang hidup di perdesaan menanggung beban berat karena harus menambah pengeluaran mereka karena kenaikan BBM,” ujar Riyono, Ketua DPP Bidang Tani dan Nelayan PKS.
Zulhas dalam 100 hari kerjanya sebagai Menteri perdagangan dihadapkan kepada kenaikan harga sembako, harga jagung yang melambung, harga telor yang mencapai 35.000/kg.
Kenaikan harga pangan menjadi tantangan berat yang harus diselesaikan oleh pemerintah.
“Dana 100 T yang disampaikan oleh Zulhas baru sebatas usulan, sistem subsidi harga produk pertanian akan rawan terjadi penyelewengan. Kasus 600 T subsidi harga minyak goreng berakhir dengan kasus korupsi,” tambah Riyono.
Menurut Riyono, sistem terbaik untuk membantu mengendalikan harga produksi pertanian adalah dengan adanya jaminan harga dengan kebijakan yang konsisten.
Misal, lanjutnya, kebijakan HPP beras dan gabah, jangan dikeluarkan setelah panen raya. Adanya kebijakan yang pasti akan membuat petani dan stakeholder pertanian semakin mudah menjaga harga.
Selain itu, ujar Riyono, lebih baik pemerintah fokus menyelesaikan ketersedian pupuk bersubsidi yang sampai sekarang dimana – mana sulit didapatkan.
“Saya keliling Jatim dan Jateng petani mengeluh pupuk subsidi langka, harganya mahal dan tidak jelas ketersediannya” pungkasnya.
(ameera/arrahmah.id)