BAGHDAD (Arrahmah.com) – Laporan mengindikasikan peningkatan pelecehan seksual terhadap perempuan Irak setelah pendudukan AS di negara itu sejak 2003, mengatakan bahwa perdagangan perempuan telah menjadi bisnis yang berkembang di sana, innalillahi.
Dalam artikelnya yang dipublikasikan oleh Inter Press Service (IPS) pada 27 Agustus, Rebecca Murray mencatat bagaimana prostitusi dan perdagangan perempuan telah menjadi “epidemi” di Irak selama pendudukan yang dilakukan oleh militer AS.
Dalam delapan tahun terakhir, negara mayoritas Muslim itu telah menyaksikan kekerasan dan serangan teror mematikan yang menghancurkan kehidupan normal di sana.
“Perang dan konflik, dimanapun mereka berada mereka berjuang, kekerasan terhadap perempuan dan akan perempuan terus meningkat,” ujar Murray mengutip pernyataan Amnesti Internasional.
Artikel ini bercerita tentang Rania, seorang korban kekerasan seksual para pejabat Irak di usia 16 tahun, selama penumpasan Syiah Irak di tahun 1991 oleh Saddam Hussein.
Rania melarikan diri ke Baghdad dan berakhir sebagai wakil seorang pedagang seks setelah tinggal dan bekerja di rumah bordil Baghdad untuk sementara waktu.
Dia menjelaskan perdagangan perempuan menjadi bisnis yang menguntungkan di Irak, mengatakan banyak remaja gadis yang dijual sekitar 5.000 ISD dan diperdagangkan dengan tujuan seperti Irak Uatra, Suriah dan Uni Emirat Arab.
Setelah ditangkap enam tahun lalu oleh tentara AS dengan tuduhan bersekongkol dengan Mujahidin, Rania dikirim ke penjara di Baghdad, al-Kadimiyah dan akhirnya ia menjadi peneliti rahasia untuk sebuah kelompok dukungan terhadap perempuan.
Dalam salah satu temuannya yang mengerikan, Rania dan dua gadis lain menemukan rumah di distrik al-Jihad, Baghdad, di mana gadis-gadis muda berusia sekitar 16 tahunan, dihadirkan untuk memenuhi nafsu seksual tentara salibis AS secara eksklusif.
Pemilik rumah bordil tersebut mengatakan kepada Rania bahwa seorang penerjemah Irak, dipekerjakan oleh AS menjabat sebagai seorang dealer, mengangkut gadis-gadis Irak ke dan dari pangkalan udara AS.
Perang pimpinan AS hanya menghasilkan kekacauan dan kebobrokan, juga menimbulkan peningkatan prostitusi di Irak. (haninmazaya/arrahmah.com)