KARABAKH (Arrahmah.id) – Azerbaijan mengatakan 71 tentaranya telah tewas pekan ini selama bentrokan di perbatasan dengan Armenia, yang menandai pertempuran terburuk antara tetangga yang saling bersaing sejak perang 2020 atas wilayah Nagorno-Karabakh yang disengketakan.
Armenia mengatakan 105 tentaranya tewas dalam kekerasan itu, yang masing-masing pihak saling menyalahkan.
Gejolak itu mengancam akan menyeret Turki, pendukung utama Azerbaijan, dan sekutu Armenia Rusia ke dalam konflik yang lebih luas pada saat ketegangan geopolitik sudah tinggi.
Seorang pejabat senior Armenia mengatakan kedua pihak telah merundingkan gencatan senjata, yang mulai berlaku pada pukul 8 malam waktu setempat pada Rabu (14/9/2022), lansir Al Jazeera.
PBB menyambut baik gencatan senjata pada Kamis (15/9). Asisten Sekretaris Jenderal PBB Miroslav Jenca mengatakan: “Masyarakat internasional harus tetap berkomitmen penuh untuk penyelesaian damai antara Armenia dan Azerbaijan dan tidak berusaha untuk mengurangi ketegangan saat ini, membawa para pihak kembali ke meja perundingan dan membantu mereka mencapai perdamaian dan stabilitas di kawasan ini.”
Kementerian pertahanan Armenia mengatakan situasi di sepanjang perbatasan bersama tenang setelah kesepakatan itu, dan tidak ada pelanggaran gencatan senjata yang dilaporkan. Tidak ada komentar langsung dari Azerbaijan tentang perjanjian yang dilaporkan.
Gencatan senjata sebelumnya yang ditengahi oleh Rusia pada Selasa dengan cepat runtuh.
Armenia dan Azerbaijan telah berulang kali saling menyalahkan atas pertempuran pekan ini, yang pertama pecah pada dini hari Selasa dan telah terjadi di daerah-daerah yang jauh dari Nagorno-Karabakh, sebuah kantong yang terletak di dalam wilayah Azerbaijan tetapi sebagian besar dihuni oleh etnis Armenia.
Pihak berwenang Armenia menuduh Baku melepaskan sejumlah serangan lintas perbatasan yang tidak beralasan, sementara pejabat Azerbaijan mengklaim pasukan mereka menanggapi “provokasi” awal Armenia. (haninmazaya/arrahmah.id)