ISLAMABAD (Arrahmah.id) – Banjir dahsyat di Pakistan telah mengganggu pendidikan hampir 3,5 juta anak, kata PBB dalam sebuah laporan.
Laporan itu, yang dirilis ketika Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres dalam kunjungan solidaritas dan dukungan selama dua hari ke Pakistan, mengatakan banjir juga melanda para pengungsi yang tinggal di negara Asia Selatan tersebut, lansir Anadolu (11/9/2022).
Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) memperkirakan bahwa hampir 800.000 pengungsi tinggal di distrik-distrik di provinsi Khyber Pakhtunkhwa barat laut negara itu.
Di provinsi tenggara Sindh saja, kata laporan itu, lebih dari 1,2 juta hektar lahan pertanian telah rusak.
Lebih dari 1,5 juta rumah telah rusak atau hancur di Sindh – hampir 88% dari total nasional, tambahnya.
Laporan tersebut menunjukkan lebih dari 1.460 fasilitas kesehatan terkena dampak hujan lebat dan banjir.
“Akses ke fasilitas kesehatan, petugas kesehatan, dan obat-obatan esensial serta perbekalan kesehatan tetap terbatas,” tambahnya.
Bencana banjir melanda Pakistan yang menewaskan 1.391 orang sejak 14 Juni, menurut Otoritas Manajemen Bencana Nasional (NDMA) negara itu.
Para pejabat Pakistan mengatakan kepada Guterres pada Jumat bahwa banjir yang merusak menyebabkan kerusakan lebih dari $30 miliar dan bahwa negara itu akan membutuhkan bantuan internasional untuk membangun kembali infrastrukturnya.
Sebanyak 12.722 orang terluka dalam hujan dan insiden terkait banjir di seluruh negeri, data resmi menunjukkan.
Musim muson di Pakistan, seperti di negara-negara lain di kawasan itu, biasanya mengakibatkan hujan lebat, tetapi tahun ini merupakan yang terbasah sejak 1961.
“Air yang tergenang terus menutupi sebagian besar negara,” kata laporan itu, mengutip luasan air yang terdeteksi satelit yang dipetakan oleh Pusat Satelit Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Pemetaan menunjukkan sebelumnya bahwa setidaknya 75.000 kilometer persegi (28.957 mil persegi) tanah di Pakistan, dianalisis antara 1 sampai 9 Agustus, tampaknya terpengaruh oleh air banjir. Lebih dari setengahnya tampaknya merupakan lahan pertanian. (haninmazaya/arrahmah.id)