NEW DELHI (Arrahmah.id) — Krisis minuman alkohol melanda wilayah sekitaran ibu kota India, New Delhi. Hal ini disebabkan terbatasnya toko minuman alkohol yang diizinkan untuk membuka operasinya di wilayah kota itu.
Kekurangan toko ini sendiri dipicu oleh pengambilalihan kembali industri minuman keras lembaga Pemerintah Delhi pada 1 September. Hal ini terjadi karena adanya tuduhan korupsi saat izin usaha alkohol diserahkan pada pihak swasta.
Akibat pengambilalihan ini, banyak toko-toko swasta yang memutuskan untuk tidak lagi menyetok minuman alkohol. Ini kemudian membuat beberapa toko tutup setelah diborong oleh pembeli.
Pemerintah Delhi mengatakan bahwa lebih dari 300 penjual telah disiapkan di berbagai bagian kota dan 360 merek minuman keras telah mendaftar. Mereka menargetkan akan ada 500 toko yang beroperasi pada akhir tahun ini.
Departemen Cukai juga telah memberikan lisensi untuk penjual minuman keras di enam mal yang mulai beroperasi pada 1 September. Pejabat Bea Cukai sendiri menegaskan, proses pendaftaran merek minuman keras juga telah berjalan cepat, baik merek India (IMIL) dan minuman keras asing manufaktur India (IMFL),
“Kami berharap segera menerbitkan izin toko di kawasan New Delhi maupun di bandara Indira Gandhi setelah pelaku swasta keluar,” kata seorang pejabat Bea Cukai dikutip Livemint.com (2/9/2022).
“Dari 360 merek minuman keras yang terdaftar sejauh ini, 230 adalah merek asing (IMIL) dan sisanya adalah minuman keras asing manufaktur India (IMFL),” tambahnya lagi.
Mengutip data Statista, konsumsi minuman keras di seluruh negeri adalah 5 miliar liter di 2020. Di 2024, angkanya diyakini naik hingga 6,21 miliar liter.
Kenaikan konsumsi disebut laman yang sama akibat sejumlah faktor. Mulai dari ekonomi hingga pertumbuhan populasi urban. (hanoum/arrahmah.id)