WASHINGTON (Arrahmah.id) – Mantan personel keamanan Afghanistan dengan pengetahuan sensitif tentang operasi AS yang ditinggalkan Amerika, rentan terhadap perekrutan atau paksaan oleh Rusia, Cina dan Iran, kata anggota parlemen Republik pada Ahad (14/8/2022), mencatat bahwa pemerintahan Presiden Joe Biden gagal memprioritaskan evakuasi mereka.
“Ini benar mengingat laporan bahwa beberapa mantan personel militer Afghanistan telah melarikan diri ke Iran,” kata perwakilan Partai Republik dari Komite Urusan Luar Negeri Dewan AS dalam sebuah laporan pada peringatan pertama pengambilalihan Kabul oleh Imarah Islam Afghanistan (IIA).
Pemerintahan Biden, kata laporan itu, gagal memprioritaskan evakuasi pasukan komando Afghanistan yang dilatih AS dan unit elit lainnya dalam operasi penarikan dan evakuasi pasukan AS yang kacau pada 14-30 Agustus 2021 di bandara internasional Kabul, lansir AFP.
Tiga belas tentara AS tewas dan ratusan warga AS serta puluhan ribu warga Afghanistan berisiko tertinggal selama operasi tersebut.
Pemerintah menyebut operasi itu sebagai “keberhasilan luar biasa” yang menerbangkan lebih dari 124.000 orang Amerika dan Afghanistan ke tempat yang aman dan mengakhiri perang “tanpa akhir” di mana sekitar 3.500 tentara AS dan sekutu, dan ratusan ribu orang Afghanistan tewas.
Tetapi ratusan pasukan komando yang dilatih AS dan mantan personel keamanan lainnya serta keluarga mereka tetap berada di Afghanistan di tengah klaim bahwa IIA telah membunuh dan menyiksa mantan pejabat Afghanistan, tuduhan yang dibantah oleh IIA.
Mantan personel itu “dapat direkrut atau dipaksa bekerja untuk salah satu musuh Amerika yang mempertahankan kehadirannya di Afghanistan, termasuk Rusia, Cina, atau Iran,” kata laporan Partai Republik.
Disebutkan bahwa kemungkinan tersebut sebagai “risiko keamanan nasional utama” karena orang-orang Afghanistan itu “mengetahui taktik, teknik, dan prosedur komunitas militer dan intelijen AS.”
Beberapa pejabat dan pakar AS mengatakan Biden telah berusaha untuk pindah dari Afghanistan tanpa menilai pelajaran perang dengan benar dan tanpa pertanggungjawaban atas evakuasi yang kacau.
Laporan Partai Republik menggabungkan rincian baru dari operasi ekstraksi dengan kesaksian kongres dan laporan militer dan berita menunjukkan bagaimana pemerintah mengesampingkan saran komandan AS, gagal merencanakan dan mengabaikan pelanggaran Taliban terhadap kesepakatan penarikan tahun 2020.
Dalam temuan lain, dikatakan bahwa pemerintah menunggu hingga berjam-jam sebelum IIA merebut Kabul, untuk memutuskan evakuasi penting.
Mereka termasuk meminta negara-negara lain untuk menjadi tuan rumah pusat transit bagi ribuan pengungsi Afghanistan yang bekerja untuk pemerintah AS selama 20 tahun intervensi Amerika, dan yang lain yang menghadapi risiko pembalasan Taliban, kata laporan itu.
“Sangat sedikit yang dilakukan untuk mempersiapkan pengambilalihan negara oleh Taliban” atau untuk evakuasi, katanya. (haninmazaya/arrahmah.id)