TEHERAN (Arrahmah.com) – Muslim Sunni di Teheran telah dilarang untuk berkumpul dalam rangka melakukan shalat Id, Guardian melaporkan pada Rabu (31/8/2011).
Negara Syiah memerintahkan yang minoritas Sunni untuk tidak mengadakan shalat Id terpisah di Teheran. Mereka bahkan diharuskan untuk berimam pada imam Syiah terkemuka saat melakukan shalat Id.
Ratusan polisi keamanan dikerahkan di ibukota untuk mencegah jamaah memasuki gedung yang sudah disewa untuk menyelenggarakan Shalat Id.
Dalam beberapa dekade terakhir, pemerintah Iran telah menolak izin untuk membangun masjid Sunni sendiri di Teheran. Oleh karena itu, hingga saat ini tidak ada masjid Sunni di ibukota, meskipun ada beberapa gereja dan sinagog untuk populasi Kristen dan Yahudi yang jumlahnya jauh lebih kecil daripada muslim.
Ribuan jamaah Syiah pada hari Rabu (31/8) berbaris di belakang pemimpin tertinggi Iran, Ayatullah Ali Khomeini, yang mengimami Shalat Id yang diselenggarakan di Universitas Teheran. Rezim Iran biasanya memanfaatkan momentum Idul Fitri sebagai simbol persatuan Iran di bawah kepemimpinan sang Imam. Politisi dari kelompok yang berbeda diharuskan untuk menghadiri shalat dan ketidakhadiran mereka dapat diartikan sebagai pembangkangan.
Di bawah konstitusi Iran, minoritas agama harus dihormati dan harus memiliki perwakilan di parlemen. Dua hari lalu, beberapa anggota parlemen Sunni menulis surat kepada presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad, meminta komunitas mereka di Teheran agar diizinkan untuk mengadakan doa terpisah Idul Fitri.
Sunni di Teheran telah mengeluh dalam beberapa pekan terakhir bahwa mereka dilarang secara resmi untuk mengadakan shalat Idul Fitri di ibukota.
Iran membanggakan bahwa negaranya adalah negara yang membaurkan populasi Syiah dan Sunni, tapi komunitas Islam Sunni mengeluhkan penindasan oleh rezim Syiah dalam beberapa tahun terakhir. Rezim, yang telah menyalahkan kaum Sunni atas pemboman terakhir di selatan Iran, bertentangan dengan sebagian besar negara-negara Sunni yang memerintah di Timur Tengah. (althaf/arrahmah.com)