TRIPOLI (Arrahmah.com) – Tripoli mulai menjadi kota yang ada dalam genggaman pemberontak pada hari Jumat (26/8/2011), hari paling tenang di ibukota sejak pemberontak mengambil alih pekan lalu. Sebagian merayakan kemenangannya di jalanan ibu kota dan meneriakkan “Angkat tangan kalian tinggi-tinggi! Kalian adalah rakyat Libya yang merdeka!”
Masih ada beberapa pertempuran, namun tidak seperti pertempuran yang terjadi pada hari Kamis (25/8) dimana para pemberontak berhasil meraih dukungan dari area yang dekat dengan persembunyian Gaddafi.
Saat pertempuran merenggang, Komite Palang Merah Internasional (ICRC) di Jenewa menyatakan keprihatinan mereka mengenai perlakukan terhadap tahanan di kedua belah pihak. “ICRC telah bertemu dengan beberapa tahanan, namun mungkin masih ada ratusan tahanan lain yang memperoleh perlakuan buruk,” kata juru bicara ICRC, Steven Anderson.
Puluhan mayat membusuk yang menumpuk di dekat rumah sakit memperlihatkan kebrutalan perang yang terjadi selama beberapa bulan ini. Satu kamar di rumah sakit dihuni oleh 21 mayat. Lantai rumah sakit tertutup oleh pecahan kaca dan noda darah, serta peralatan medis yang berserakan.
Tidak jelas penyebab orang-orang ini meninggal dan siapa yang membunuh mereka.
Dalam kemajuan terbarunya, para pemberontak berhasil menguasai perbatasan utama antara Libya dan Tunisia pada hari Jumat (26/8/2011), kantor berita resmi Tunisia melaporkan. (althaf/arrahmah.com)