KUDUS (Arrahmah.com) – Negara Islam Indonesia (NII) Crisis Center menerima 3.000 lebih pengaduan terkait NII selama tiga bulan terakhir, dimana pengaduan tersebut mayoritas berasal dari mahasiswa dan buruh, demikian yang diungkapkan aktivis NII Crisis Center Ken Setiawan.
“Hanya saja, kami tidak mampu menyelesaikan semua pengaduan tersebut karena keterbatasan tenaga,” ujarnya ketika menjadi pembicara pada acara diskusi dan buka bersama di Omah Mode Kudus, di Kudus, Kamis (25/8/2011).
Ia mengungkapkan NII Crisis Center masih membutuhkan banyak relawan untuk berjuang bersama dalam membantu merehabilitasi para korban NII maupun menindaklanjuti aduan yang diterima.
Dari 3.000 pengaduan, 1.000 laporan di antaranya berhasil dikonfirmasi dan yang dinilai positif masuk NII sekitar 700 orang. sementara itu, untuk pengaduan anak hilang karena NII mencapai 107 aduan, dimana 70 orang terdiri atas mahasiswa dan buruh.
NII Crisis Center merupakan sebuah lembaga yang didirikan oleh mantan anggota NII bertujuan membantu masyarakat yang menjadi korban penipuan berkedok NII Komandemen Wilayah 9 (KW 9).
Ken memperkirakan, angka laporan tersebut akan bertambah, terkait banyaknya laporan yang akhir-akhir ini diterima tentang korban NII yang mengalami stress dan bahkan gila karena masuk NII.
Mantan anggota NII yang insaf, diduga cukup banyak namun belum berani muncul di depan publik karena dianggap sebagai aib dan ketakutan dengan ancaman yang sering dilancarkan oleh jaringan NII.
“Anggota NII yang keluar, biasanya mendapat ancaman lewat layanan pesan singkat. Tetapi, ancaman tersebut hanya sekadar menakut-nakuti agar kembali bergabung, karena banyak mantan NII yang hingga kini tidak mengalami hal-hal yang merugikan seperti ancaman yang dikirim via sms tersebut,” ujarnya.
Ia berharap, mendapat dukungan semua pihak, termasuk mantan NII yang insaf untuk menyebarkan informasi tentang trik-trik yang digunakan jaringan tersebut dalam merekrut anggota baru.
Dengan penyebaran informasi soal NII tersebut, diharapkan masyarakat mudah mengidentifikasi orang-orang yang masuk NII, sehingga bisa mencegahnya agar tidak terlibat hingga jauh.
Apabila tidak ada penanganan, dikhawatirkan pula akan semakin liar dan berbahaya. Terlebih belakangan diketahui sasaran jaringan NII tidak hanya sebatas mahasiswa dan para buruh yang beragama Islam, bahkan warga nonmuslim juga mulai menjadi target mereka. (ans/arrahmah.com)