ISTANBUL (Arrahmah.id) – Sejumlah kalangan di Turki mengkritik pemerintahan Erdogan karena lalai dalam menjaga Hagia Sophia sebagai situs warisan dunia UNESCO. Permasalahan yang disoroti terkait aksi vandalisme pertama yang terjadi pada April lalu.
Kepala Persatuan Sejaran Seni Turki, Serif Yasar, memperingatkan kegagalan dalam melindungi pintu kuno adalah pertanda akan datangnya kerusakan yang lebih banyak lagi.
“Kubah Hagia Sophia mungkin runtuh menimpa para jamaah pada 2050 (jika tidak segera dilakukan pencegahan),” tutur dia, seperti dilansir Asia News (20/5/2022).
April lalu, ditemukan aksi vandalisme pertama terhadap pintu kuno bekas basilika Kristen, yang didirikan kembali sebagai masjid atas perintah Presiden Recep Tayyip Erdogan.
Potongan-potongan pintu kayu oak yang megah yang terletak di pintu masuk gedung dilaporkan terkelupas. Pelaku belum diidentifikasi, dan tidak ada penyelidikan yang sedang berlangsung.
Para pengkritik menyebutkan, mengubahnya menjadi masjid akan menghilangkan nilai universal bangunan tersebut. Juga meningkatkan risiko kerusakan yang tidak dapat diperbaiki lagi hingga mengorbankan nilai sejarah, budaya, dan simbolisnya, sebagai elemen persatuan untuk semua orang di Turki, terlepas dari afiliasi agamanya. Sekarang, kekhawatiran itu menjadi kenyataan.
Penjaga keamanan yang bertanggung jawab atas bangunan tersebut berusaha meminimalkan kerusakan dan meremehkan keseriusan insiden tersebut. Saat ini banyak yang khawatir bahwa insiden seperti itu dapat terulang dan menjadi lebih serius dalam waktu dekat.
Insiden pada April lalu itu bisa menjadi yang pertama dari banyak kerusakan di situs warisan dunia karena kelalaian. Para ahli dan aktivis baru-baru ini pun memperbarui kritik mereka terhadap otoritas Turki dan Presiden Erdogan, yang tampaknya gagal dalam tugas mereka untuk melindungi keindahan dan warisan sejarah, budaya dan arsitektur negara itu.
UNESCO, badan PBB untuk pendidikan, seni, ilmu pengetahuan dan budaya, juga mengkritik cara Turki tidak mengikuti pedoman untuk melindungi bangunan tersebut.
Sejak pengelolaan tempat ikonik dipindahkan dari Kementerian Kebudayaan Turki ke Direktorat Agama, tidak ada apresiasi nyata terhadap faktor risiko struktural dan lingkungan yang ada.
“(Kelalaian) mungkin membahayakan bangunan yang sangat besar tetapi sangat rapuh ini,” kata seorang ahli, sebagaimana dikutip dari Al-Monitor. (hanoum/arrahmah.id)