Oleh: Dian Puspita Sari
Member AMK
Waktu terasa begitu cepat berlalu. Baru saja awal Ramadan 1443 H kita sambut bahagia lalu kini kita sudah berada di penghujung Ramadan. Bagi kaum muslimin, berlalunya bulan penuh berkah ini tentu meninggalkan kesedihan yang cukup mendalam. Kaum muslimin harus menunggu satu tahun lagi untuk bertemu dengan bulan Ramadan di tahun yang akan datang, itu pun jika Allah Subhanahu Wa Ta’ala masih memberikan kita usia. Gema takbir, tahlil, tahmid, akan menjadi penanda akhir bulan Ramadan dan awal bulan Syawal. Pada awal Syawal ini seluruh ummat Islam merayakan hari raya kemenangannya yaitu hari raya Idulfitri.
Buah Ramadan: Takwa
Selama sebulan kita berpuasa di bulan Ramadan, kita sudah belajar untuk menjadi pribadi yang bertakwa. Kini saatnya buahnya kita petik.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman,
يٰٓـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا كُتِبَ عَلَيۡکُمُ الصِّيَامُ کَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيۡنَ مِنۡ قَبۡلِکُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُوۡنَۙ
“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS Al-Baqarah: 183)
Buah Ramadan itu adalah takwa.
Kata takwa atau taqwa berasal dari kata waqâ, yang berarti melindungi. Yaitu, untuk melindungi diri dari murka dan azab Allah subhanahu wa ta’ala. Caranya dengan menjalankan perintah Allah subhanahu wa ta’ala dan menjauhi segala larangan-Nya. Itulah pengertian takwa.
Takwa adalah capaian tertinggi Ramadan. Dan ketakwaan inilah yang menentukan derajat kita di sisi Allah.
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu.” (TQS al-Hujurat [49]: 13).
Sudahkah dengan upaya kita untuk mendekatkan diri kepada Allah selama bulan Ramadan, telah menjadikan kita muslim yang bertakwa pasca bulan Ramadan, di 11 bulan lainnya? Yang dahulu suka bermaksiat, kini sudah bertobat. Yang beriman, semakin dekat lagi kepada Allah.
Buah takwa inilah yang akan kita bawa mati di alam barzakh hingga kita dibangkitkan di yaumil akhir. Lantas, mengapa masih banyak di antara kita yang tetap saja bermaksiat kepada Allah pasca Ramadan? Seolah bulan Ramadan yang kita lalui tak banyak berpengaruh dalam perilaku kita setelah bulan Ramadan berlalu.
Apa yang sesungguhnya menyebabkan semua ini terjadi? Mengapa buah Ramadan berupa takwa belum mampu kita petik selepas Ramadan berlalu?
Sekularisme: Menjauhkan Manusia dari Allah dan Islam
Sekularisme adalah paham yang memisahkan agama dari kehidupan. Baik kehidupan individu, masyarakat maupun bernegara.
Paham inilah yang selama ini telah menjauhkan manusia, termasuk kaum muslimin, dari Allah dan Islam.
Mereka rajin beribadah tapi tetap bermaksiat. Shalat, puasa, zakat, naik haji jalan tapi maksiat juga tetap jalan.
Masih banyak kita temui, bahkan di bulan Ramadan, berita-berita kriminalitas yang dilakukan banyak orang. Korupsi, pembunuhan, perampokan, pembegalan, pemerkosaan, perselingkuhan, seks bebas, narkoba, dan lain sebagainya.
Mereka terus berkubang dalam kemaksiatan tanpa rasa takut akan azab Allah, ingkar terhadap Allah dan Nabi-Nya, menentang syariat-Nya, memusuhi orang-orang yang mendakwahkan Islam, meletakkan ayat kitab suci-Nya di bawah ayat konstitusi buatan manusia. Mereka bahkan juga menganggap hukum manusia lebih baik dari hukum-hukum Allah. Dan menganggap Allah dan Rasul-Nya seperti tidak ada. Itu semua jelas bukan karakter yang dibentuk oleh Ramadan.
Selama paham sekularisme masih ada, selama itu pula banyak yang menganggap Allah, nabi, dan kitabullah seolah tidak ada selain hanya di aspek spiritual semata. Dalam aspek poleksosbudhankam (politik, ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan keamanan) , Allah seakan dianggap tidak mengaturnya.
Padahal takwa itu meliputi semua aspek kehidupan.
Dan Allah berjanji akan menurunkan berkah dari langit dan bumi jika mayoritas manusia itu bertakwa.
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Andai penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan membukakan untuk mereka keberkahan dari langit dan bumi. Akan tetapi, mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) sehingga Kami menyiksa mereka sebagai akibat dari apa yang mereka perbuat.” (TQS al-A’raf [7]: 96).
Mari kita petik buah Ramadan. Dengan menjadi muslim yang bertakwa. Dan mari kita perjuangkan agar syariat Allah tegak di muka bumi. Mari kita buat Allah ridha dengan hidup dan mati kita serta Rasulullah bangga dengan kita, ummatnya yang selalu berharap syafaatnya.
Wallahu a’lam bishawwab.