SIDOARJO (Arrahmah.id) – Ratusan mantan pengikut Syiah yang telah mengungsi selama 10 tahun di Rusunawa Jemundo, Sidoarjo, Jawa Timur, secara bertahap mulai dipulangkan ke kampung halamannya di Kabupaten Sampang, Madura.
Sedikitnya ada 274 warga asal Sampang yang menjadi pengikut Syiah dan terlibat konflik dengan umat Islam Sunni. Para pengikut Syiah tersebut kemudian mengungsi ke daerah Sidoarjo.
Setelah melalui proses yang panjang, 274 pengikut Syiah tersebut telah melakukan baiat untuk kembali ke ajaran Islam sesuai pemahaman ahlussunnah wal jamaah.
Proses pemulangan mantan pengikut Syiah ini ditangani langsung oleh Pemerintah Kabupaten Sampang sebagai tanda bahwa konflik sosial terkait paham ajaran Syiah sudah berakhir.
Bupati Sampang Slamet Junaidi mengatakan penyelesaian konflik sosial tidak terlepas dari upaya dan kerja keras seluruh pihak, utamanya forkopimda, ulama dan tokoh masyarakat.
Menurutnya, seluruh mantan pengikut aliran Syiah yang pulang ke kampung halaman telah dibaiat dan kembali ke ajaran ahlussunnah waljamaah (Aswaja) atau Sunni.
“Proses baiat dilakukan dua tahun yang lalu tepatnya di bulan November 2020 yang diikuti 274 jiwa. Pembaiatan disaksikan oleh tokoh agama dan masyarakat setempat di Pendapa Trunojoyo Sampang,” kata Bupati Slamet, dilansir CNNIndonesia.com.
Dia menyatakan pemulangan mantan pengikut aliran Syiah itu dilakukan secara bertahap. Pada Jumat (29/4/2022) dilakukan pemulangan sebanyak 53 jiwa, yang berasal dari 14 Kartu Keluarga (KK). Mereka pulang lengkap dengan membawa dokumen kependudukan.
“Pemulangan sengaja dilakukan pada hari Jumat dengan harapan untuk mendapatkan keagungan hari Jumat di bulan Ramadan. Tidak ada alasan lagi untuk tidak memulangkan mereka yang mengungsi akibat konflik sosial. Konflik sudah tidak ada lagi dan mereka akan hidup damai di kampung halamannya,” imbuhnya.
Dia menegaskan, konflik kemanusiaan harus segera diselesaikan. Jika dibiarkan tanpa solusi, maka pemangku kebijakan telah melakukan tindakan yang tidak humanis. Tidak ada manusia di dunia ini yang ingin hidup secara terus menerus dalam konflik.
“Ini masalah kemanusiaan harus segera kita selesaikan. Alhamdulillah dengan perjuangan panjang konflik ini selesai,” ungkapnya.
Kepulangan mereka dijemput langsung Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Kabupaten Sampang yang didampingi masing-masing tim dari Desa Bluuran dan Desa Karang Gayam. Namun sebelum dipulangkan, anggota Forkopimda melaksanakan Shalat Jumat di lokasi pengungsian. (rafa/arrahmah.id)