ABUJA (Arrahmah.id) – Perang Rusia-Ukraina telah mengganggu ekspor gandum, mendorong harga gandum naik 60% di Afrika, presiden Bank Pembangunan Afrika (AfDB) mengatakan Selasa (26/4/2022), memperingatkan bahwa benua itu akan kehilangan makanan senilai hingga $11 miliar akibat konflik.
“Sudah, harga gandum sudah naik sekitar 60%. Jagung dan biji-bijian lainnya juga akan terpengaruh. Mungkin ada krisis pupuk, karena akan terjadi defisit sekitar 2 juta metrik ton. Dan itu akan mempengaruhi produksi pangan sekitar 20%,” kata Akinwumi Adesina, berbicara di ibu kota Nigeria, Abuja.
Bertemu dengan Presiden Nigeria Muhammadu Buhari, Adesina mengatakan perang telah menciptakan masalah global tetapi khususnya untuk Afrika, yang mengimpor sebagian besar makanannya dari Rusia dan Ukraina.
Para ekonom mengatakan bahwa sementara perang Ukraina merupakan kejutan besar bagi pasar internasional, ia menawarkan pelajaran bagi negara-negara untuk menghindari ketergantungan yang besar pada impor gandum.
Rusia dan Ukraina adalah pemasok utama gandum di Afrika. Tetapi sejak perang meletus pada 24 Februari, rantai pasokan telah terputus, memicu kenaikan harga yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Selain gandum, harga minyak bunga matahari dan minyak mentah dunia juga melonjak.
Negara-negara Maghreb sendiri bergantung pada gandum Rusia dan Ukraina, dengan impor menyumbang lebih dari 50% dari kebutuhan mereka, menurut data resmi.
AfDB berencana untuk membantu petani di Afrika menanam gandum, jagung, sorgum beras dan kedelai untuk mencegah krisis pangan di benua Afrika sambil mengurangi dampak konflik Rusia-Ukraina, kata Adesina, menurut sebuah pernyataan.
Memperingatkan bahwa Afrika akan kehilangan makanan senilai hingga $11 miliar karena konflik, dia mengatakan AfDB telah mengembangkan Rencana Pangan Darurat Afrika senilai $1,5 miliar, yang menunggu persetujuan dari manajemen puncak bank tersebut. (haninmazaya/arrahmah.id)