SURIAH (Arrahmah.id) — Dalam pidato Ramadhan, pemimpin kelompok Islamic State (ISIS) mengkritik kelompok perlawanan Fatah dan Jihad Islam Palestina dalam menghadapi Israel. Menurutnya, Yerusalem hanya dapat dibebaskan melalui kembalinya kekhilafahan, bukan melalui pemberontakan Palestina atau dengan bantuan asing.
Pemimpin baru ISIS, seperti dilansir The Times of Israel (17/4/2022), mendesak para pendukungnya di Israel untuk meluncurkan serangan teror tambahan. Ini merupakan seruan pertama sejak dua serangan teror mematikan dilakukan bulan lalu oleh warga Arab Israel yang berafiliasi ke ISIS.
ISIS mengaku bertanggung jawab atas kedua serangan tersebut, meskipun tampaknya para teroris tidak diperintahkan olehnya untuk melakukannya.
Dalam pidato panjangnya di bulan suci Ramadhan, juru bicara baru ISIS Abu Omar al Muhajjir menyerukan “serangan global” baru sebagai pembalasan atas kematian pemimpinnya, Abu Ibrahim al Qurayshi, Februari lalu.
Al Qurayshi tewas ketika dia diserangan militer Amerika Serikat (AS) di barat laut Suriah.
“Lawan mereka semua dan Allah akan menjawab dan menghukum mereka di tangan Anda,” kata al Muhajjir.
Pidato Ramadhan ini datang ketika Israel sedang bergerak untuk memberangus ISIS, pasca tewasnya warga mereka di Beersheba dan Hadera oleh ISIS.
Pekan lalu, pihak berwenang Israel mengumumkan penangkapan seorang warga Palestina yang terkait dengan ISIS sehubungan dengan tiga pembunuhan, termasuk pasangan lansia Yerusalem di rumah mereka pada 2019.
Al Muhajjir memuji dan mengomentari dua serangan teror bulan lalu di Israel, menyerukan para pendukung kelompok itu untuk “mempersenjatai diri dengan senjata dan melakukan serangan lebih lanjut.”
Dia juga mengkritik Fatah dan Jihad Islam Palestina yang berjuang dengan motif untuk negara dan tanah air mereka saja.
Al Muhajjir meminta semua muslim di dunia Arab untuk menentang semua pemimpin yang memiliki hubungan dengan Israel dan ingin berdamai dengannya.
“Politisi Muslim modern yang mencoba membebaskan Yerusalem tidak lebih dari boneka di tangan Israel dan Barat,” katanya.
Menutup pidatonya, dia juga meminta para pendukungnya untuk melanjutkan serangan di Eropa, mengambil keuntungan dari “kesempatan yang tersedia” dari “para tentara salib yang saling bertarung” – mengacu pada invasi Rusia ke Ukraina. (hanoum/arrahmah.id)