Jamaah Al-Ikhwan Al-Muslimun Mesir mengumumkan sejumlah asset milik anggotanya disegel oleh pemerintah Mesir. Selain itu, dinyatakan pula 25 orang yang terlibat dalam pengelolaan yayasan mereka ditangkap. Inilah fase mihnah (ujian) baru yang tengah dialami anggota gerakan Islam terluas di dunia itu.
Dalam pernyataan sikapnya, Al-Ikhwan menyatakan bahwa sejumlah polisi Mesir telah menyegel sejumlah kantor percetakan dan penerbitan Islam di berbagai tempat, antara lain di Al-Haram yang terletak di sisi Barat Kairo dan kota Nashr di sisi Timur Kairo. Masih menurut pernyataan tersebut dituliskan, penggerebekan juga dilakukan di kantor distribusi dan sirkulasi di kota Qalyub utara Kairo. Juga kota Asyir di Timur Laut Kairo.
Situs web Al-Ikhwan menginformasikan aksi penangkapan dan penyegelan juga terjadi di sejumlah lembaga milik individu anggota Al-Ikhwan Al-Muslimun, antara lain sebuah klinik dan apotiknya. Pemiliknya, Dr. Muhammad Hafez, ditangkap. Selain itu, ada 20 orang pekerja yang juga turut diseret ke penjara polisi, tanpa alasan yang jelas. Karena belum tentu para pekerja itu berafiliasi pada Al-Ikhwan. Menurut pernyataan sikap Al-Ikhwan, uang sebesar 165 ribu juneih yang setara dengan 28 ribu dolar, hilang dari kantor tersebut setelah penggerebekan.
Menurut pimpinan Al-Ikhwan, Jamal Nashar dalam keterangannya pada Reuters, penutupan yayasan dan semua aset ekonomi milik Al-Ikhwan itu merupakan tekanan keamanan yang baru atas Al-Ikhwan. “Ini adalah aksi yang tak mungkin ditolerir. Saya menduga aksi ini merupakan surat tekanan dari pemerintah kepada Al-Ikhwan agar mereka menyetop aksi-aksi menuntut reformasi yang selama ini mereka dengungkan.” Tapi dengan tegas ia mengatakan,”Tekanan seperti ini takkan menghentikan kami untuk tetap menyerukan tuntutan perbaikan pemerintahan dan perang terhadap korupsi dan sikap otoriter pemerintah.”
Sementara itu, pemerintah mengatakan bahwa akan terus melakukan upaya perbaikan demokratisasi meliputi revisi undang undang Mesir pada tahun depan. Tapi kalangan oposisi menanggapi hal intu dengan mengatakan bahwa ruang perbaikan dan reformasi versi pemerintah tidak lain hanya untuk lebih menguatkan hegemoni Partai Nasional Demokratik yang saat ini memimpin Mesir.
Sejumlah kader independen Al-Ikhwan dalam pemilu lalu memenangkan 88 kursi parlemen dari total 454 kursi yang ada di parlemen Mesir. Sejak pekan lalu, keamanan Mesir juga telah menangkap sejumlah pimpinan Al-Ikhwan yang jumlahnya tak kurang dari 139 orang. Aksi penangkapan itu terjadi begitu saja setelah ada blow-up demonstrasi yang digelar mahasiswa Al-Ikhwan di Universitas Al-Azhar. (na-str/iol/era)