PARIS (Arrahmah.id) – Kandidat presiden sayap kanan Perancis Marine Le Pen berjanji pada Kamis (7/4/2022) untuk mengeluarkan denda kepada Muslimah yang mengenakan jilbab di depan umum, janji tersebut diungkapkan Le Pen untuk mendapatkan suara tiga hari menjelang pemilihan yang terlihat semakin dekat.
Presiden Emmanuel Macron membangun apa yang tampaknya menjadi keunggulan yang tak tergoyahkan menjelang putaran pertama pemilihan Ahad mendatang, tetapi Le Pen telah mengikis margin dan merasa dia memiliki peluang nyata untuk memenangkan putaran kedua pada 24 April.
Dengan partai sayap kanan dan kiri tradisional Perancis menghadapi bencana pemilu, kandidat sayap kiri Jean-Luc Melenchon berada di posisi ketiga dan dia masih yakin dia bisa lolos ke putaran kedua.
Berbicara kepada radio RTL, Le Pen menjelaskan bagaimana janjinya untuk melarang jilbab di semua ruang publik akan dilaksanakan, dengan mengatakan itu akan ditegakkan oleh polisi dengan cara yang sama seperti mengenakan sabuk pengaman di mobil.
“Orang-orang akan didenda dengan cara yang sama seperti tidak mengenakan sabuk pengaman. Bagi saya, polisi tampaknya sangat mampu menegakkan tindakan ini,” katanya.
Le Pen mengatakan dia akan menggunakan referendum untuk mencoba menghindari tantangan konstitusional terhadap banyak undang-undang yang diusulkannya atas dasar bahwa mereka diskriminatif dan melanggar kebebasan pribadi.
Undang-undang sebelumnya di Perancis yang melarang simbol agama yang jelas di sekolah atau penutup wajah penuh di tempat umum diizinkan atas dasar bahwa itu berlaku untuk semua warga negara dan dalam pengaturan tertentu.
Le Pen (53), telah melunakkan retorika anti-imigrasinya selama kampanye tahun ini dan sebagai gantinya berfokus pada pengeluaran rumah tangga, menempatkannya lebih dekat dari sebelumnya ke kursi kekuasaan, jajak pendapat menunjukkan.
Survei terbaru menunjukkan bahwa dia berada dalam jarak yang sangat dekat dengan Macron yang berhaluan tengah jika keduanya menjadi yang teratas dalam putaran pertama pemungutan suara pada Ahad.
Putaran kedua dijadwalkan pada 24 April, dengan rata-rata jajak pendapat menunjukkan Macron memiliki keunggulan tipis 54% versus 46% untuk Le Pen.
Melenchon juga naik kuat menjelang pemungutan suara dan berbicara tentang peluangnya untuk membuat kejutan.
Perang di Ukraina serta ketegangan pada sistem kesehatan setelah dua tahun COVID-19 menjadi perhatian utama pemilih, di balik prioritas terbesar yakni inflasi dan pendapatan. (rafa/arrahmah.id)