MARIUPOL (Arrahmah.id) – Pasukan Rusia telah mengebom sebuah teater di kota Mariupol yang terkepung di mana ratusan warga sipil berlindung, kata para pejabat Ukraina, bahkan ketika kedua pihak mengisyaratkan optimisme atas berlanjutnya pembicaraan untuk mengakhiri perang di Ukraina.
Tidak ada kabar segera tentang kematian atau cedera dalam apa yang dikatakan dewan kota Mariupol sebagai serangan udara di teater pada Rabu (16/3/2022). Kementerian luar negeri Ukraina mengatakan banyak orang terjebak di dalam gedung dan menuduh Rusia melakukan kejahatan perang, lansir Al Jazeera.
Namun, kementerian pertahanan Rusia membantah menyerang gedung itu dan menuduh Batalyon Azov, milisi sayap kanan Ukraina, meledakkannya, kata kantor berita RIA.
Di Kiev, penduduk berkerumun di rumah dan tempat penampungan di tengah jam malam di seluruh kota yang berlangsung hingga Kamis pagi, ketika Rusia menembaki daerah di dalam dan sekitar kota, termasuk lingkungan perumahan 2,5 km (1,5 mil) dari istana presiden.
Sebuah gedung apartemen 12 lantai di pusat Kiev terbakar setelah terkena pecahan peluru.
Secara terpisah, sekitar 10 orang dibunuh oleh pasukan Rusia di kota Chernihiv, Ukraina utara, saat mereka sedang mengantre menunggu roti, menurut sebuah laporan oleh penyiar publik Suspilne.
Laporan tersebut termasuk foto yang diduga menunjukkan mayat-mayat dalam serangan itu. Kementerian pertahanan Rusia membantah tuduhan itu, dengan alasan bahwa tidak ada pasukannya di Chernihiv, dan mengatakan kekejaman dilakukan oleh pasukan Ukraina atau bahwa semuanya adalah tipu muslihat oleh intelijen Ukraina.
Kemudian pada Rabu di kota yang sama di Ukraina utara, lima orang, termasuk tiga anak, tewas ketika pasukan Rusia menembaki sebuah bangunan tempat tinggal, kata pejabat darurat.
Pasukan Rusia telah berhenti di gerbang ibu kota setelah mengalami kerugian besar dan gagal merebut kota besar mana pun dalam perang tiga minggu yang menurut pejabat Barat akan dimenangkan Moskow dalam beberapa hari.
Namun, Presiden Rusia Vladimir Putin pada Rabu mengatakan operasi yang berlangsung “berhasil, sesuai dengan rencana yang telah disetujui sebelumnya”, dan dia mengecam sanksi Barat terhadap Moskow.
Dia menuduh Barat mencoba “memeras kami, menekan kami, mengubah kami menjadi negara yang lemah dan bergantung”.
Tekanan internasional terhadap Kremlin meningkat dan isolasinya semakin dalam ketika Mahkamah Internasional, juga dikenal sebagai Pengadilan Dunia, memerintahkan Rusia untuk berhenti menyerang Ukraina, meskipun ada sedikit harapan untuk mematuhinya.
(haninmazaya/arrahmah.id)