TEHERAN (Arrahmah.id) — Iran mengaku bertanggung jawab atas serangan rudal yang menghantam ibu kota wilayah Kurdi utara Irak, Erbil, pada Ahad (13/3/2022) dini hari.
Kementerian Luar Negeri Irak memanggil duta besar Iran untuk memprotes serangan tersebut, dengan menyebutnya sebagai pelanggaran mencolok terhadap kedaulatannya.
Tidak ada cedera serius yang dilaporkan, tetapi studio saluran TV Kurdi K24 dan bangunan lain di dekatnya rusak.
Garda Revolusi Iran mengatakan di situsnya bahwa pihaknya meluncurkan serangan terhadap “pusat konspirasi strategis” Israel di Erbil, serta memperingatkan akan ada lebih banyak serangan.
Pernyataan tersebut tidak memberi penjelasan rinci, tetapi mengatakan Israel sendiri telah melakukan serangan yang menewaskan dua anggota Garda Revolusi.
Namun, Israel tidak menanggapi tuduhan tersebut. Selama panggilan telepon bersama Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken, Perdana Menteri Irak Mustafa al-Kadhimi mengatakan negaranya seharusnya tidak menjadi “panggung untuk menyelesaikan masalah eksternal.”
Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan mengatakan AS mengutuk serangan itu “dengan istilah yang paling keras.”
“Kami akan mendukung pemerintah Irak dalam meminta pertanggungjawaban Iran dan kami akan mendukung mitra kami di seluruh Timur Tengah dalam menghadapi ancaman serupa dari Iran,” kata Sullivan dalam pernyataan tertulis yang dikeluarkan oleh Gedung Putih.
“Serangan ini menargetkan pemukiman sipil di Erbil, ibu kota wilayah Kurdistan, tanpa pembenaran apa pun,” tambahnya.
AS dikabarkan membantu Irak dalam hal pertahanan rudal. Sementara pemerintah daerah Kurdi membantah bahwa ada pusat Israel di wilayahnya.
Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan mengatakan Washington berusaha meningkatkan pertahanan Irak.
“Kami sedang berkonsultasi dengan pemerintah Irak dan pemerintah di Kurdistan Irak, sebagian untuk membantu mereka mendapatkan kemampuan pertahanan rudal sehingga dapat mempertahankan diri di kota mereka,” kata Sullivan kepada CBS.
Kantor Luar Negeri Jerman mengutuk serangan tersebut dengan mengatakan itu akan menghambat perang melawan militan Islamic State (ISIS).
“Serangan terhadap personel diplomatik, perwakilan, dan fasilitas koalisi global terhadap Daesh tidak dapat diterima. Para pelaku serangan ini harus bertanggung jawab,” katanya dalam sebuah pernyataan. (hanoum/arrahmah.id)