JAKARTA (Arrahmah.id) – Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas menyampaikan surat untuk Pengurus Besar Nahdlatul Ulama dan Nahdiyin.
Buya Anwar- sapaan akrabnya – mengaku bersedih atas mundurnya Kiai Miftachul Akhyar dari jabatannya sebagai Ketua Umum MUI.
“Saya benar-benar sedih dan berduka serta bingung, tidak tahu akan bicara apa,” kata Buya Anwar dalam keterangannya, Rabu (8/3/2022), lansir JPNN.
Buya Abbas mengungkapkan Kiai Miftachul Akhyar dipilih sebagai Ketua Umum MUI tanpa ada perdebatan sama sekali.
“Beliau adalah seorang tokoh dan ulama serta pemimpin yang sangat rendah hati. Beliau sangat dibutuhkan dan diharapkan akan bisa mempersatukan umat,” tuturnya.
Namun, ulama asal Sumatera Barat itu mengaku heran dengan keputusan NU yang melarang Miftachul Akhyar menjabat di MUI.
“Saya menjadi semakin bingung lagi karena sepanjang pengetahuan saya, NU itu sudah menegaskan jati dirinya bahwa dia bukan hanya untuk warga NU saja, tetapi juga untuk umat dan bagi bangsa,” ungkapnya.
Buya Anwar mengatakan, MUI sangat membutuhkan sosok Kiai Miftachul Akhyar di MUI.
Berikut ini surat terbuka Buya Anwar:
Suara hati kami dari MUI
Saya benar-benar sedih dan berduka serta bingung dan tidak tahu akan bicara apa. Beliau Pak KH Miftachul Akhyar kami pilih untuk menjadi ketua umum kami di MUI dengan suara bulat tanpa ada lonjong sedikit pun.
Beliau adalah seorang tokoh dan ulama serta pemimpin yang sangat rendah hati, yang sangat dibutuhkan dan diharapkan akan bisa mempersatukan umat tapi herannya saya mengapa NU tidak membolehkan dan merelakannya bagi melaksanakan tugas suci dan mulia tersebut sehingga saya benar-benar jadi bingung sendiri dibuatnya.
Yang membuat saya menjadi semakin bingung lagi karena sepanjang pengetahuan saya NU itu sudah menegaskan jati dirinya bahwa dia bukan hanya untuk dirinya saja tapi juga untuk umat dan bagi bangsa. Tapi mengapa NU tidak mau mendengar suara hati dari kami-kami yang ada di MUI terutama mereka-mereka yang bukan dari NU ini. Terus terang kami butuh Bapak KH Miftachul Akhyar untuk menjadi pimpinan kami. Tugas itu sudah beliau laksanakan dengan baik lebih dari satu tahun sehingga kami sudah merasa sangat dekat dan sangat sayang serta mencintai diri beliau sebagai pemimpin kami.
Untuk itu, kepada pimpinan dan warga NU kami ingin sampaikan bahwa kami ingin beliau tetap untuk terus menjadi pimpinan kami.
Kalau beliau tidak bisa bekerja full time di MUI karena harus mengurus NU, kami berharap biarlah sisa-sisa waktu beliau saja yang beliau berikan untuk kami di MUI. Bagi kami hal itu tidak masalah karena kami akan tetap bisa bekerja secara bersama-sama secara collective collegial di bawah pimpinan dan arahan beliau.
Insyaallah dengan jiwa besar dari pimpinan dan warga NU yang membolehkan Bapak KH Miftachul Akhyar untuk tetap memimpin MUI, kami harapkan persatuan dan kesatuan.umat akan bisa kita jaga serta pelihara dan akan bisa kita buat untuk lebih kuat lagi dari masa-masa sebelumnya. Demikianlah cetusan dari suara hati kami dari MUI. Terima kasih.
Hormat saya
Anwar Abbas
Wakil Ketua Umum MUI
(ameera/arrahmah.id)