WASHINGTON (Arrahmah.id) – Rusia pada Ahad (20/2/2022) membatalkan janji sebelumnya untuk menarik puluhan ribu tentaranya kembali dari perbatasan utara Ukraina, sebuah langkah yang menurut para pemimpin AS menempatkan Rusia selangkah lebih dekat untuk meluncurkan apa yang mereka katakan sebagai rencana invasi ke Ukraina. Warga ibu kota Ukraina memenuhi katedral berkubah emas untuk berdoa bagi perdamaian.
Rusia megklaim tindakannya sebagai latihan militer, yang semula dijadwalkan berakhir Ahad (20/2), yang membawa sekitar 30.000 pasukan Rusia ke Belarus, tetangga Ukraina di utara. Mereka termasuk di antara sedikitnya 150.000 tentara Rusia yang sekarang dikerahkan di luar perbatasan Ukraina, bersama dengan tank, pesawat tempur, artileri, dan peralatan perang lainnya, lansir AP (21/2).
Pengerahan pasukan Rusia di Belarus menimbulkan kekhawatiran bahwa mereka dapat digunakan untuk menyapu ibu kota Ukraina, Kyiv, sebuah kota berpenduduk sekitar 3 juta orang yang berjarak kurang dari tiga jam berkendara.
Di Kyiv, kehidupan secara lahiriah berlanjut seperti biasa bagi sebagian orang di musim dingin yang sejuk, dengan makan siang dan kebaktian gereja, walau presiden AS Joe Biden akhir pekan lalu mengklaim serangan Rusia sudah diputuskan.
Katerina Spanchak, yang melarikan diri dari wilayah timur Ukraina ketika diambil alih oleh separatis sekutu Rusia, termasuk di antara jamaah yang memadati biara St. Michael di ibu kota.
“Kita semua mencintai kehidupan, dan kita semua dipersatukan oleh cinta kehidupan kita. Kita harus menghargainya setiap hari. Itu sebabnya saya pikir semuanya akan baik-baik saja.”
“Doa bersama kami akan membantu untuk menghindari tragedi ini, yang sedang berlangsung,” kata jemaah lain, yang mengidentifikasi dirinya hanya dengan nama depannya, Oleh.
Seorang pejabat AS mengatakan pada Ahad bahwa pernyataan Biden bahwa Putin telah membuat keputusan untuk mengerahkan pasukan Rusia ke Ukraina didasarkan pada informasi intelijen bahwa komandan garis depan Rusia telah diberi perintah untuk memulai persiapan akhir untuk sebuah serangan. Pejabat itu berbicara dengan syarat anonim.
Rusia mengadakan latihan nuklir pada Sabtu serta latihan konvensional di Belarus, dan latihan angkatan laut yang sedang berlangsung di lepas pantai di Laut Hitam.
Pengumuman bahwa Rusia membatalkan janjinya untuk menarik pasukannya dari Belarus datang setelah dua hari penembakan berkelanjutan di sepanjang jalur kontak antara tentara Ukraina dan separatis sekutu Rusia di Ukraina timur, sebuah wilayah yang dikhawatirkan Ukraina dan Barat dapat menjadi titik nyala pemicu konflik.
Amerika Serikat dan banyak negara Eropa telah menuduh selama berminggu-minggu bahwa Rusia mencoba membuat dalih untuk menyerang. Mereka telah mengancam sanksi besar-besaran jika itu terjadi.
Biden mengadakan diskusi Dewan Keamanan Nasional di Gedung Putih mengenai penumpukan militer Rusia di sekitar Ukraina. Pejabat Gedung Putih tidak merilis rincian langsung dari sekitar dua jam diskusi mereka.
“Kita berbicara tentang potensi perang di Eropa,” kata Wakil Presiden AS Kamala Harris di sebuah konferensi keamanan di Munich, Jerman, yang melihat konsultasi mendesak di antara para pemimpin dunia tentang krisis tersebut. “Sudah lebih dari 70 tahun, dan selama 70 tahun itu telah ada perdamaian dan keamanan.”
Pejabat Eropa dan AS bersikeras bahwa mereka masih mengejar apa yang digambarkan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken sebagai diplomasi terakhir.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyerukan di Twitter untuk gencatan senjata. Rusia telah membantah rencana untuk menyerang, tetapi Kremlin tidak menanggapi tawaran Zelenskyy untuk bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. (haninmazaya/arrahmah.id)